TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH EVALUASI
PEMBELAJARAN
“TES TIPE BENAR SALAH”
Dosen Pengampu : Laurensia
Aptik Evanjeli,M.A
Disusun Oleh :
1. Rosaliana
W.S. Dewi 131134189
2. Angela
Risma Viani 131134193
3. Estu
Prihanti Wijayani 131134219
4. L.
Desy Nakaryaswari 131134222
Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Sanata Dharma
Yogyakarta
2015
TIPE
BENAR – SALAH ( TRUE – FALSE )
1.
Pengertian
dan karakteristik Tipe Benar - Salah
Soal – soal tipe benar
salah berupa pernyataan – pernyataan (statement).
Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya
bertugas untuk menandai masing – masing pernyataan itu dengan melingkari huruf
B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika
pernyataannya salah. Tipe benar-salah termasuk dalam tes objektif, karena tes
ini telah menyediakan sejumlah jawaban sehingga siswa tinggal memilih satu
jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia.
Menurut Arikunto (2013)
bentuk benar – salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan atau menjawab
soal) yakni :
1. Dengan
pembetulan (with correction), yaitu
siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
2. Tanpa
pembetulan (without Correction), yaitu
siswa hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang
betul.
2.
Kelebihan
dan kelemahan Tipe Benar – Salah
Setelah
kita mengetahui pengertian dan karateristik tipe benar salah, maka perlu juga
kita mengetahui kelebihan dan kelemahannya, karena setiap tipe tes tentu
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing - masing. Menurut Azwar (2010) dan Masidjo (1995) kelebihan dan kekurangan tes
tipe benar salah adalah sebagai berikut :
a.
Kelebihan
tipe Benar-Salah antara lain :
1.
Dapat mewakili pokok
bahasan atau materi pelajaran yang lebih luas.
2.
Mudah dalam
penyusunannya karena hanya diperlukan satu pertanyaan.
3.
Dapat digunakan
berkali-kali.
4.
Dapat dilihat secara
cepat dan objektif.
5.
Petunjuk cara
mengerjakannya mudah dimengerti.
6.
Mudah dalam memeriksa
dan memberi skor karena hanya ada dua alternatif jawaban maka dapat diberi
skor 1 (satu) untuk yang menjawab dengan
benar dan 0 (nol) untuk yang menjawab dengan salah.
7.
Merupakan instrumen
yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung, terutama yang
berkaitan dengan ingatan.
b.
Kekurangan
tipe Benar-Salah antara lain :
1.
Hanya dapat mengungkap
daya ingatan dan pengenalan kembali.
2.
Sering membingungkan.
3.
Ada masalah atau bahan
yang tidak selalu dapat dinyatakan hanya dengan alternatif benar atau salah
atau pilihan ganda.
4.
Mendorong peserta tes
untuk menebak atau menerka jawaban walaupun mereka tidak mengetahui jawaban
yang benar.
3.
Prinsip
– Prinsip Pembuatan Tipe Benar – Salah
Agar
suatu tes yang dibuat oleh guru benar – benar memenuhi syarat sebagai suatu tes
yang bermutu, maka seorang guru harus berusaha mengenalnya melalui ciri –
cirinya dan merencanakan instrumennya secara jelas dan benar. Dalam penyusunan
instrumen, agar tidak terjadi perbedaan persepsi, maka guru harus memperhatikan
petunjuk - petunjuk penyusunan tipe tes benar – salah. Menurut Masidjo ( 1995 )
terdapat beberapa petunjuk penyusunan tipe tes benar salah yaitu:
1. Tulislah
huruf B / S pada permulaan masing – masing item dengan maksud mempermudah
mengerjakan dan menilai ( skoring )
2. Kalimat
yang dipergunakan untuk menyatakan isi item harus dirumuskan secara jelas dan
tegas sehingga isi item tersebut jelas – jelas mempunyai arti tunggal yakni
benar atau salah.
3. Kalimat
yang dipergunakan untuk menyatakan suatu item jangan disajikan terlalu
panjang, karena uraian yang terlalu
panjang kebanyakan mengarah ke jawaban yang benar dan sebaliknya.
4. Hindarilah
pernyataan negatif atau pun pernyataan negatif ganda dalam suatu item seperti
tidak, bukan tidak. Karena penggunaan pernyataan negatif atau negatif ganda
dalam suatu item menuntut perhatian ekstra dari siswa untuk dapat memahami isi
item tersebut. Apabila tuntutan ini tidak dipenuhi, maka kemungkinan besar akan
menjawab salah.
5. Usahakan
agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang dijawab
S dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya : B – S
– B - S – B – S atau SS-BB-BB-SS.
6. Hindari
item yang masih bisa diperdebatkan :
Contoh
: B-S. Kekayaan lebih penting dari kepandaian.
7. Hindarilah
pertanyaan – pertanyaan yang persis dengan buku.
8. Hindarilah
kata – kata yang sifatnya mutlak, seperti selalu, semua, tidak pernah, mesti, dsb,
sebab item yang mengandung kata – kata tersebut cenderung merupakan suatu item
yang jawabannya salah . sebaliknya penggunaan kata – kata yang sifatnya
relatif, seperti barangkali, kadang – kadang, biasanya, mungkin dsb seringkali
merupakan tanda bahwa item yang bersangkutan adalah benar.
4.
Contoh
SK/KD menggunakan alat evaluasi tipe Benar-Salah
Standar
Kompetensi :
1. Menghargai
berbagai peinggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa
Hindu-Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta
kegiatan ekonomi di Indonesia.
Kompetensi
Dasar :
1.1.Mengenal
makna peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha, dan
Islam di Indonesia.
Contoh
soal :
1. B/S
Candi Prambanan merupakan candi peninggalan sejarah bercorak Hindu. (Jawaban
Benar, karena Candi Prambanan memang merupakan candi peninggalan sejarah
berorak Hindu).
2. B/S
Candi Kalasan, Candi Mendut, Candi Borobudur, Candi Ratu Boko, Candi Sewu, dan
Candi Prambanan merupakan candi peninggalan sejarah Dinasti Syailendra.
(Jawaban Salah, karena Candi Prambanan
merupakan candi peninggalan Rakai Pikatan).
3. B/S
Candi Borobudur merupakan candi terbesar di dunia. (Jawaban Benar).
4. B/S
Ciri khas pada Masjid Agung Demak adalah pada empat tiang utama di dalam
masjid, tiang tersebut dibuat oleh Walisanga. (Jawaban Benar, karena masjid ini
dibangun pada masa pemerintahan Raden Patah dan empat tiang tersebut dibuat
dari sisa kayu gergajian).
5. B/S
Semboyan Bhineka Tunggal Ika diambil dari kitab Sutasoma. (Jawaban Benar,
karena di dalam kitab Sutasoma terdapat tulisan Bhineka Tunggal Ika dan
dijadikan semboyan bangsa Indonesia).
6. B/S
Raja Mulawarman adalah raja dari kerajaan Tarumanegara yang pertama kali
membuat prasasti Yupa. (Jawaban Salah, karena Prasasti Yupa merupakan Prasasti
Peninggalan Kerajaan Kutai).
7. B/S
Masjid Demak merupakan hasil karya Walisanga yang dibuat pada masa pemerintahan
Raden Patah pada tahun 1748. (Jawaban Benar, karena Masjid Demak memang
dibangun pada tahun 1748 saat pemerintahan Raden Patah).
8. B/S
Kerajaan Kutai, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Demak merupakan kerajaan yang
bercorak agama Hindu. (Jawaban Salah, karena kerajaan Demak merupakan kerajaan
bercoran Islam yang pertama di pulau Jawa).
9. B/S
Prasasti Talang Tuo ditemukan satu tahun sebelum prasasti Kedukan Bukit.
(Jawaban Salah, karena Prasasti Talang Tuo ditemukan pada tahun 684 M, yaitu
satu tahun setelah ditemukannya Prasasti Kedukan Bukit).
10. B/S
Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Kota Kapur, dan Prsasti Ligor merupakan
prasasti peninggalan kerajaan Mataram Kuno. (Jawaban Salah, karena Prasasti
Kedukan Bukit dan Prasasti Kota Kapur merupakan peningggalan sejarah Kerajaan
Sriwijaya).
Kelebihan tipe
Benar-Salah untuk materi IPS kelas V dengan SK/KD tersebut di atas adalah dapat
mengukur tingkat pemahaman siswa apabila guru dalam membuat soal tipe
Benar-Salah memperhatikan prinsip-prinsip pembuatan. Kekurangan tipe
Benar-Salah untuk materi IPS kelas V dengan SK/KD tersebut di atas adalah
apabila guru dalam membuat soal kurang memperhatikan prinsip pembuatan soal dan
hanya persis dengan isi materi maka hanya mengungkap ingatan atau hafalan.
Maka dari itu cara kita
untuk mengatasi kekurangan tersebut yaitu dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pembuatan soal evaluasi Benar-Salah dan tidak hanya terpaku pada buku.
5.
Penulisan
aitem
Aitem-aitem tes yang
bertipe Benar-Salah harus juga memenuhi beberapa kriteria sebagai kaidah
penulisan, agar syarat kualitas aitem dapat terpenuhi. Berikut adalah petunjuk
atau kaidah penulisan aitem tipe Benar-Salah menurut Azwar ( 2010 ) :
1)
Aitem haruslah
mengungkap ide atau gagasan yang penting.
Kurang baik :
Presiden
Sukarno lahir di Blitar
Komentar :
kecuali dalam konteks belajar sejarah, masalah tempat dimana seseorang
dilahirkan, sekalipun beiau orang penting, hanyalah menarik untuk dijadikan topik
pembicaraan sehari-hari dan kurang berarti untuk dijadikan pertanyaan dalam tes
yang harusnya berisi hal-hal yang tidak boleh untuk tidak diketahui. Masih
banyak hal lain mengenai Presiden Sukarno yang lebih patut untuk diungkap.
Lebih baik :
Dwikora
dikumandangkan oleh presiden Sukarno dalam rangka perjuangan pembebasan Irian
Barat.
2)
Aitem tipe Benar-Salah
hendaknya menguji pemahaman, jangan hanya mengungkap ingatan mengenai suatu
fakta atau hafalan.
Kurang baik :
Kuadrat
hipotenusa pada suatu segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi yang
lain.
Komentar : aitem seperti contoh di atas tidak lebih
daripada pengulangan apa yang sudah tertulis di dalam buku, karenanya hanya
akan mengukur kemampuan menghafal tanpa menambah pengertian.
Lebih baik :
Apabila
hipotenusa suatu segitiga siku-siku sama sisi adalah 7 cm, maka panjang
masing-masing sisi yang lain pasti lebih daripada 5 cm.
3)
Kebenaran atau
ketidakbenaran suatu aitem haruslah bersifat mutlak.
Kurang
baik :
Menambah jumlah aitem
pada suatu tes akan meningkatkan reliabilitas tes tersebut
Komentar
: jawaban terhadap aitem tersebut adalah B (Benar)
apabila penjawab berasumsi bahwa aitem yang ditambahkan adalah pararel atau
homogen isinya dengan aitem yang sudah ada di dalam tes itu. Tetapi, mereka
yang menjawab S (Salah) pun haruslah diberi angka, karena tanpa disebutkan
mengenai keadaan aitem yang ditambahkan, maka tidak ada keharusan untuk
berasumsi mengenai homogenitas aitem yang dimaksud.
Lebih
baik :
Suatu tes yang terdiri
dari 40 aitem mempunyai reliabilltas r=0,60. Apabila pada tes tersebut
ditambahkan 20 aitem lagi yang pararel isinya, maka estimasi reliabilitas
adalah r=0,90.
4)
Aitem harus menguji
pengetahuan yang spesifik dan jawabannya tidak jelas bagi semua orang, kecuali
bagi mereka yang menguasai pelajaran.
Kurang
baik :
Belajar yang kurang
teratur dapat menyebabkan nilai ujian yang rendah.
Komentar
: aitem seperti itu terlalu umum dan terlalu jelas
jawabannya bagi siapa saja, baik ia tahu masalah maupun ia tidak memahami bahan
pelajaran.
Lebih
baik menanyakan hal yang spesifik berkenaan dengan teori tentang belajar.
Lebih
baik :
Menghafal tiga kali
sehari masing-masing selama 30 menit lebih baik hasilnya daripada menghafal
satu kali sehari selama 120 menit.
5)
Aitem harus dinyatakan
secara jelas.
Kurang
baik :
Belajar dengan prinsip
2 x 4 adalah lebih baik daripada 4 x 2. Ini sejalan dengan prinsip “The Law of
Effect” nya Thorndike.
Komentar
: ada beberapa hal yang menyebabkan aitem ini
dianggap aitem yang buruk. Pertama, prinsip 2x4 tersebut tidak dapat diterapkan
pada semua jenis belajar. Jadi, kebenaran aitem tersebuut masih diperdebatkan.
Kedua, tidak jelas sebenarnya apa yang ingin diuji oleh penulis aitem,
pengetahuan mengenai prinsip belajarkah atau pengetahuan mengenai siapa tikoh
yang mengemukakan prinsip tersebut, ataukah kecocokan antara prinsip dengan
teori Thorndike?
Ketiga,
aitem tersebut mengandung dua gagasan atau lebih yang keduanya dapat hanya
benar salah satunya saja, sehingga tidak berisi ide yang tunggal dan spesifik.
Lebih
baik :
Menurut Thorndike, agar
bahan pelajaran tidak mudah terlupakan, kita harus sering mengulanginya.
6.
Pemberian
Skor
Menentukan
skor pada jawaban tes objektif tidaklah sekompleks menentukan skor pada tes
karangan. Pada penentuan skor jawaban tes objektif korektor tidak perlu
memahami isi jawaban dari item. Oleh karena itu, pemeriksaan jawaban benar
dapat dilakukan oleh komputer. Menurut Arikunto (2013) rumus untuk mencari skor
akhir bentuk benar-salah ada dua macam yaitu :
a. Dengan
denda.
Rumusnya
: S = R-W
Keterangan
:
S
: skor yang diperoleh
R
: right (jawaban yang benar)
W: Wrong
(jawaban yang salah)
Contoh
: jumlah soal tes sama dengan 20 buah. A menjawab betul 16 buah dan salah 4
buah. Maka skor untuk A adalah 16 – 4 sama dengan 12.
Dengan
menghunakan rumus seperti ini maka ada kemungkinan seorang siswa memperoleh
skor negatif.
b. Tanpa
denda.
Rumus
: S = R
Keterangan
:
S
: skor yang diperoleh
R
: right (jawaban yang benar)
Dihitung
hanya yang betul (untuk soal yang tidak dikerjakan dinilai 0)
Kuis
1.
B / S Jumlah jawaban benar seimbang dengan jawaban salah.(B)
2.
B / S Jawaban tipe benar-salah mudah ditebak.(S)
3.
B / S Dalam pemberian skor tipe benar-salah ada
dua cara yaitu dengan
denda dan tanpa denda. (B)
4.
B / S Kebenaran atau ketidakbenaran pada suatu
aitem tipe benar-salah
bersifat pasti. (B)
5.
B / S Tes tipe benar-salah termasuk dalam tes semi
objektif. (S)
Daftar
Pustaka
Arikunto,
Suharsimi. 2013. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan,
Edisi II. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Azwar,
Saifudin. 2010. Tes Prestasi : Fungsi Dan
Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar,Edisi II.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Masidjo,
Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil
Belajar Siswa Di Sekolah.Yogyakarta : Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar