MAKALAH
SKALA
DAN KUISIONER
Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran
Dosen Pengampu : Laurensia Aptik Evanjeli, M.A.

Disusun
oleh :
1. Asteria Ciptaningtyas 131134148 / 4A
2. Mariyah 131134188 / 4A
3. Widi Astuti 131134208 / 4A
4. Regina Ari Septiningrum 131134221
/ 4A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
A.
Definisi
dan Karakteristik
·
Skala
Skala
menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Oppenheim (Arikunto,
hlm. 23) mengatakan “Rating gives an numerical value to
some kind of judgement”, maka suatu skala selalu
disajikan dalam bentuk angka.
Skala
instrumen yang sering digunakan
dalam penelitian (Mardapi, hlm.
117), yaitu :
1. Skala Thurstone
Contoh : Minat terhadap Mata Pelajaran Sejarah
NO
|
Pernyataan
|
Skala
|
||||||
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1.
|
Saya senang belajar Sejarah
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pelajaran Sejarah bermanfaat
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Saya berusaha hadir tiap Pelajaran Sejarah
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Skala
Likert
Contoh : Sikap terhadap Mata Pelajaran Matematikaa
NO
|
Pernyataan
|
Skala
|
|||
|
|
|
|
||
1.
|
Pelajaran matematika bermanfaat
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
2.
|
Pelajaran matematika sulit
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
3.
|
Tidak semua siswa harus belajar matematika
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
Keterangan
:
SS
: Sangat Setuju S : Setuju
TS
: Tidak Setuju STS :
Sangat Tidak Setuju
3.
Skala
Beda Semantik
Contoh :
Pelajaran Sejarah
|
||||||||
Menyenaangkan
|
|
|
|
|
|
|
|
Membosankan
|
Sulit
|
|
|
|
|
|
|
|
Mudah
|
Bermanfaat
|
|
|
|
|
|
|
|
Sia-Sia
|
Karakteristik Skala
Dalam bukunya, Saifuddin Azwar menyebutkan bahwa ada
beberapa karakteristik skala, yaitu :
1.
Stimulusnya
berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang
hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang
bersangkutan.
2.
Dikarenakan
atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator
perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem,
maka skala psikologis selalu berisi banyak aitem. Jawaban subjek terhadap satu
aitem baru merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang
diukur.
3.
Respons
subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua
jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.
·
Kuisioner
Kuisioner juga sering
dikenal sebagai angket. Pada dasarnya kuisioner adalah sebuah daftar pertanyaan
yang harus diisi oleh seseorang yang akan diukur (responden). Dengan kuisoner, orang dapat mengetahui tentang
keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapat dan lain –
lain.
Macam – macam kuisioner dapat ditinjau dari beberapa segi
:
1.
Ditinjau
dari segi siapa yang menjawab
a. Kuisioner langsung
Kuisioner dikatakan langsung jika kuisioner tersebut
dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang
dirinya.
b. Kuisioner tidak langsung
Kuisioner tidak langsung adalah kuisioner yang dikirimkan
dan diisi bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung
biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara,
tetangga, dan sebagainya.
2. Ditinjau dari segi cara menjawab
a. Kuisioner
tertutup
Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang disusun dengsan
menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi
tanda pada jawaban yang dipilih.
Contoh
:
Tingkat
pendidikan terakhir anda adalah :
|



Tanda
silang (X) dibubuhkan pada kotak sarjana bila pengisi berstatus sebagai
sarjana.
b.
Kuisioner
terbuka
Kuisioner
terbuka adalah kuisioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi
bebas mengemukakan pendapatnya. Kuisioner terbuka disusun apabila macam jawaban
pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga akan beraneka ragam. Keterangan
tentang alamat pengisi tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban
yang disediakan. Kuisioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat
seseorang.
Contoh
:
Untuk
menumbuhkan kebiasaan membaca buku pada anak, maka sebaiknya setiap guru
meminta siswa untuk membaca satu buku setiap minggunya. Bagaimana pendapat saudara?
Meskipun
dalam pemakaian sehari-hari banyak praktisi pengukuran maupun peneliti yang
menukar, pakaikan saja istilah angket dan istilah skala namun perlu dipahami
bahwa sebagai sesama alat pengumpulan data kedua istilah tersebut sebenarnya
mengandung makna yang berbeda. Perbedaan itu antara lain (Azwar, 2007) :
a.
Data
yang diungkap oleh angket berupa data faktual atau yang dianggap fakta dan
kebenaran yang diketahui oleh subjek, sedangkan data yang diungkap oleh skala
berupa konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu.
Contoh
data angket adalah data mengenai pilihan metode KB, penghasilan rata-rata
perbulan, opini atau pendapat. Sedangkan contoh data skala adalah data mengenai
tendensi agresivitas, sikap terhadap sesuatu, dan lain-lain.
b.
Pertanyaan
dalam angket berupa pertanyaan langsung terarah kepada informasi mengenai data
yang hendak diungkap. Data yang dimaksud berupa fakta atau opini yang
menyangkut diri responden, misalnya “sejak kapan Anda berhenti merokok?” Pada
skala, pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna
memancing jawaban yang merupakan refleksi dari diri subjek. Pertanyaan yang
diajukan memang dirancang untuk mengumpulkan sebanyak mungkin indikasi dari
aspek kepribadian yang lebih abstrak. Misalnya, “Apakah yang Anda lakukan
apabila tiba-tiba disapa oleh orang yang tidak Anda kenal?”
c.
Responden
terhadap angket tahu persis apa yang ditanyakan dalam angket dan informasi apa
yang dikehendaki oleh pertanyaan yang bersangkutaan. Sedangkan responden terhadap
skala sekalipun memahami isi pertanyaannya, biasanya tidak menyadari arah
jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh
pertanyaan tersebut.
d.
Jawaban
dalam angket tidak dapat diberi skor (dalam arti harga atau nilai) melainkan
diberi angka coding sebagai identifikasi atau klasifikasi jawaban. Sedangkan
respon terhadap skala diberi skor melewati proses penskalaan (scaling).
e.
Satu
angket dapat mengungkap informasi mengenai banyak hal sedangkan satu skala
hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut tunggal (unidimensional).
f.
Data
hasil angket tidak perlu diuji lagi reliabilitasnya secara psikometris,
reliabilitas hasil angket terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden
akan menjawab dengan jujur seperti apa adanya. Sedangkan hasil ukur skala harus
teruji reliabilitasnya secara psikometris dikarenakan relevansi isi dan konteks
kalimat yang digunakan sebagai stimulus pada skala lebih terbuka terhadap eror.
g.
Validitas
angket lebih ditentukan oleh kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak
diungkap sedangkan validitas skala lebih ditentukan oleh kejelasan konsep
psikologis yang hendak diukur dan operasionalnya.
B. Kelebihan
dan Kekurangan
a. Skala
Kelebihan
:
1.
Mudah
dalam pengisian instrumen karena responden hanya memberikan tanda silang (X)
atau centang (V) pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirinya.
2.
Responden
sudah diberikan pilihan jawaban dan hanya mengisikan satu jawaban yang sesuai
dengan keadaannya.
3.
Mudah
dalam penskoran kaena hanya menjumlahkan poin dari kolom yang dipilih
responden.
Kelemahan
:
1.
Ada kemungkinan
terjadinya halo effects, yaitu kelemahan yang akan timbul jika
dalam pencatatan observasi terpikat oleh kesan-kesan umum yang baik pada
peserta didik sementara ia tidak menyelidiki kesan-kesan umum itu. Misalnya,
seorang guru terkesan oleh sopan santun dari peserta didik, sehingga memberikan
nilai yang tinggi pada segi-segi yang lain, padahal mungkin peserta didik
tersebut tidak demikian adanya.
2.
Generosity effects, yaitu
kelemahan yang akan muncul bila ada keinginan untuk berbuat baik. Misalnya,
seorang guru dalam keadaan ragu-ragu, maka ia cenderung akan memberikan nilai
yang tinggi.
3.
Carry-over
effects, yaitu kelemahan yang
akan muncul jika guru tidak dapat memisahkan satu fenomena dengan fenomena yang
lain. Jika fenomena yang muncul dinilai baik, maka fenomena yang lain akan
dinilai baik pula.
Contoh :
Nama : Kelas :
Umur : Sekolah :
Hari : Tanggal :
No.
|
Tgl. Observasi
Aspek
yang diobservasi
|
ST
|
ST
|
S
|
R
|
SR
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Sopan santun
Tolong-menolong
Bersikap ramah
Pemberani
Pemarah
Egois
Agresif
|
|
|
|
|
|
b. Angket
Kelebihan :
1.
Responden dapat
menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau
penilai, dan waktu relatif lama, sehingga objektifitas dapat
terjamin.
2.
Informasi atau
data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogeny.
3.
Dapat digunakan
untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel.
Kekurangan :
1.
Ada kemungkinan
angket diisi oleh orang lain.
2.
Hanya diperuntukkan
bagi yang dapat melihat saja.
3.
Responden hanya
menjawab berdasarkan jawaban yang ada.
C.
Prinsip
– prinsip Pembuatan Skala dan Kuisioner
a.
Skala
Prinsip-Prinsip
Pembuatan Instrumen Skala
1.
Panjang
instrumen berhubungan dengan masalah kebosanan, yaitu tingkat kejemuan dalam
mengisi instrumen.
2.
Lama
pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit.
3.
Langkah
pertama dalam menulis suatu pertanyaan atau pernyataan adalah informasi apa
yang ingin diperoleh, struktur pertanyaan, daan pemilihan kata-kata.
4.
Pertanyaan
yang diajukan jangan sampai bias, yaitu mengarahkan jawaban responden pada arah
tertentu, positif atau negatif.
Contoh pertanyaan yang bias : Sebagian besar guru setuju
semua siswa yang menempuh ulangan akhir lulus. Apakah saudara setuju apabila
semua siswa yang mengikuti ulangan lulus semua ?
Contoh pertanyaan yang tidak bias : Sebagian guru setuju
bahwa tidak semua siswaa harus lulus, namun sebagian lain tidak setuju. Apakah
saudara setuju apabila semua siswa yang menempuh ujian akhir lulus semua ?
Beberapa hal yang harus diperhatikaan dalam menggunakan
kata-kata untuk suatu skala yaitu :
a)
Gunakan
kata-kata yang sederhana sesuai tingkat pendidikan.
b)
Pertanyaannya
jangan samar-samar.
c)
Hindari
pertanyaan yang biasa.
d)
Hindari
pertanyaan hipotetikal ataau pengandaian.
b.
Angket
Beberapa
hal yang Anda harus perhatikan dalam menyusun dan menyebarkan angket, yaitu :
1. Setiap pertanyaan harus menggunakan bahasa yang baik
dan benar, jelas, singkat, tepat dan mudah dimengerti oleh peserta didik, seperti
:
·
Hindarkan
pertanyaan yang ambigu
·
Kata tambahan,
seperti “biasanya”, “seringkali” hendaknya dihindari.
2.
Jangan membuat
pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban. Misalnya, “kamu tidak menganggap ia
anak yang cerdas, bukan ?”
3.
Jangan
menggunakan dua kata sangkal dalam satu kalimat pertanyaan. Misalnya, “apakah
kamu tidak senang untuk tidak membaca buku pelajaran?”
4.
Hindari
pertanyaan berlaras dua, seperti : “apakah kamu senang belajar membaca dan
berhitung?”
5. Buatlah pertanyaan yang tepat sasaran.
Misalnya,
apakah kamu suka belajar komputer di rumah ? Pertanyaan ini tidak tepat.
Bagaimana
jika anak tidak mempunyai komputer ? Untuk itu, perlu dibuat dua pertanyaan,
seperti (1) apakah kamu mempunyai komputer di rumah ? (2) Jika Ya, apakah kamu
senang belajar komputer di rumah ?
6.
Jika terdapat
angket yang tidak diisi, maka Anda harus membagikan lagi angket itu kepada
peserta didik yang lain sebanyak yang tidak menjawab (tidak mengembalikan).
7.
Dalam
menyebarkan angket, hendaknya dilampirkan surat pengantar angket.
8.
Hendaknya
jawaban tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit.
D. Contoh
SK-KD
Kelas 4 Tema 1 Muatan Pelajaran IPS
KD 2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli
dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya
Kisi-kisi kuisioner
Indikator
|
Aitem
|
Menghargai teman yang berasal dari suku yang berbeda
|
3
|
Menghargai teman yang berbeda agama
|
1
|
Menghargai teman yang memiliki kesenian yang berbeda
|
2
|
Contoh soal:
1.
Apabila
ada teman yang sedang beribadah, apa yang akan kamu lakukan?
2.
Apa
yang akan kamulakukan apabila ada teman yang memiliki kesenian yang berbeda
denganmu?
3.
Bagaimana
cara kita mensyukuri keberagaman suku di lingkungan sekolahmu?
Kisi-kisi skala:
Indikator
|
Aitem favorabel
|
Aitem unfavorabel
|
Menghargai teman yang berasal dari suku yang berbeda
|
6
|
1
|
Menghargai teman yang berbeda agama
|
2
|
4
|
Menghargai teman yang memiliki kesenian yang berbeda
|
5
|
3
|
Contoh soal:
Berikan tanda silang (X) pada kolom SS/S/TS/STS
NO
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
1
|
Saya suka mengejek teman yang berasal dri suku yang
berbeda.
|
|
|
|
|
2
|
Saya menghormati teman yang sedang beribadah.
|
|
|
|
|
3
|
Saya merasa kesenian dari daerah saya merupakan
kesenian yang paling baik dibandingkan kesenian teman yang berasal dari
daerah lain.
|
|
|
|
|
4
|
Saya akan tetap mengajak teman bermain walaupun ia akan
beribadah.
|
|
|
|
|
5
|
Saya mau melihat pertunjukkan seni teman yang berasal
dari daerah lain.
|
|
|
|
|
6
|
Saya ingin mempelajari suku teman yang berbeda untuk
menmbah pengetahuan.
|
|
|
|
|
E. Penulisan
Aitem
a.
Format
Aitem
Saifuddin
Azwar menyebutkan bahwa dari berbagai bentuk format aitem yang dapat ditulis
dalam penyusunan skala psikologi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
macam yaitu bentuk pertanyaan dan bentuk pernyataan. Bentuk pernyataan dengan
pilihan jawaban disajikan dalam kalimat pernyataan (kalimat deklaratif)
mengenai atribut yang diukur atau kalimat pernyataan mengenai situasi yang
mengandung indikasi perilaku tertentu. Contohnya adalah sebagai berikut :
(Pernyataan mengenai ada tidaknya suatu kejadian dalam
enam bulan terakhir yang merupakan indikator adanya tekanan batin mengarah
kepada depresi)
Merasa
dibenci seseorang (Ya) (Tidak)
Perubahan
ekonomi keluarga (Ya) (Tidak)
Dalam contoh di atas, yang diambil dari skala pengukuran
stress kedua aitem merupakan pernyataan mengenai keadaan atau perasaan yang
dialami oleh seseorang. Subjek hanya perlu menjawab dengan “ya” atau “tidak”
setiap jawaban “ya” mengindikasikan adanya stress yang secara kuantitatif skor
(nilai) nya ditentukan oleh proses penskalaan. Berikut adalah contoh-contoh
aitem yang dimaksudkan untuk mengungkap adanya konflik peran-ganda pada wanita
karir. Dalam contoh ini, aitem juga berupa pernyataan tetapi direspons dengan 4
pilihan.
Merasa gelisah di kantor memikirkan keadaan anak-anak di
rumah.
(TP) (KD) (SR) (SL)
Merasa tidak sempurna sebagai seorang ibu karena pada
saat anak-anak pulang sekolah saya belum pulang kerja.
(TP) (KD) (SR) (SL)
(Pernyataan mengenai perasaan yang mungkin dirasakan oleh
wanita sebagai ibu sekaligus sebagai wanita karir)
Dalam contoh skala konflik peran ganda ini, subjek
diminta menyatakan frekuensi timbulnya perasaan sebagaimana yang digambarkan
dalam aitem. Pilihan-pilihan jawabannya adalah TP=Tidak Pernah, KD=
Kadang-Kadang, SR= Sering dan SL= Selalu. Jawaban SR dan SL berarti frekuensi
perasaan yang tinggi dan mengindikasikan tingginya tingkat konflik peran ganda
yang dialami, sebaliknya jawaban TP dan KD mengindikasikan bahwa tingkat
konflik peran ganda yang dialami responden termasuk rendah.
Beberapa kaidah penulisan aitem skala :
1.
Gunakan
kata-kata dan kalimat yaang sederhana, jelas, dan mudah dimengerti oleh
responden namun harus tetap mengikuti tata tulis dan tata bahasa Indonesia yang
baku.
Kata-kata
dan kalimat yang kompleks akan menyulitkan responden dalam memahami maksud
aitem. Aitem-aitem yang sulit difahami maksudnya dapat mengurangi minat dan
kesungguhan responden.
2.
Tulis
aitem dengan berhati-hati sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda terhadap
istilah yang digunakan.
Hindari penggunaan
istilah-istilah teknis dalam kalimat aitem. Istilah-istilah teknis yang tidak begitu
populer mudah disalahartikan oleh responden.
3.
Selalu
ingat bahwa penulisan aitem mengacu pada indikator perilaku atau komponen
atribut, karena itu jangan menulis aitem yang langsung menanyakan atribut yang
hendak diungkap.
Berikut
adalah satu contoh aitem yang pernah ditulis oleh seorang mahasiswa yang
dimaksudkan untuk mengungkap Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun :
“Saya
merasa cemas akan kesepian setelah pensiun”
Aitem
seperti ini apabila dijawab oleh responden dengan “setuju” atau “ya” maka harus
disimpulkan bahwa responden merasa cemas, begitu pula sebaliknya jawaban
“tidak” menyebabkan kesimpulan bahwa subjek tidak merasa cemas. Inilah contoh
aitem yang ditulis langsung dan tidak tepat untuk digunakan dalam skala.
Hendaknya dibuat aitem yang tidak langsung menanyakan kecemasan, seperti :
“saya
sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaan bila mengingat masa pensiun yang
sudah dekat”
Yang
mengacu pada gangguan konsentrasi sebagai salah satu indikator kecemasan.
Jawaban “ya” pada aitem ini baru merupakan sebagian dari banyak indikasi
kecemasan yang masih perlu didukung oleh jawaban terhadap aitem-aitem lainnya.
Begitu pula dengan sebaliknya jawaban “tidak” baru merupakan satu pertanda saja
dari banyak indikasi tidak adanya kecemasan.
4.
Selalu
perhatikan indikator perilaku apa yang hendak diungkap sehingga stimulus dan
pilihan jawaban tetap relevan dengan tujuan pengukuran.
Bila
penulis telah terlalu lama duduk mengarahkan kemampuan dan kreatifitasnya
daalam “menciptakan” aitem, ada kecenderungan untuk kehilangan arah sehingga
secara tidak sadar mulai menulis aitem-aitem yang sebenarnya kurang relevan
dengan tujuan pengukuran. Penulisan aitem bukan pekerjaan yang dapat selesai
dengan sekali duduk. Oleh karena itu jangan memaksakan diri, dan bila sedang memusatkan
pikiran jangan pernah memusatkan indikator atau komponen yang hendak dibuat.
5.
Cobalah
menguji pilihan-pilihan jawaban yang telah ditulis. Adakah perbedaan arti atau
makna antara dua pilihan yang berbeda sesuai dengan ciri atribut yang sedang
diukur, apabila tidak maka aitem yang bersangkutan tidak akan memiliki daya
beda (discriminating power).
6.
Perhatikan
bahwa isi aitem tidak boleh mengandung sosial desirability yaitu aitem yang
isinya sesuai dengan keinginan sosial umumnya atau dianggap baaik oleh norma
sosial. Aitem yang bermuatan sosial desirability cenderung akan disetujui atau
didukung oleh semua orang semata-mata karena orang berfikir normatif, bukan
karena isi aitem itu sesuai dengan perasaan atau keadaan dirinya.
7.
Untuk
menghindari stereotipe jawaban, sebagian dari aitem perlu dibuat dalam arah
favorebel dan sebagian lain dibuat dalam arah tidak favorabel.
F.
Pemberian Skor
Penskalaan Respons
Salah
satu format yang sering digunakan adalah format lima pilihan yang merupakan
jawaban terhadap aitem yang berbentuk pernyataan.
Merasa gelisah di kantor saat
memikirkan keadaan anak – anak dirumah.
[TP] [JR] [KD] [SR] [SL]
Pernyataan aitem dalam skala
konflik peran-ganda yang mengidentifikasi adanya konflik. Aitem ini bersiffat
favorabel. Pilihan di atas adalah TP : tidak pernah, JR : jarang, KD : kadang –
kadang, SR : sering, dan SL : selalu.
Pendapat
saya tidak dihargai orang lain.
[STS] [TS] [E] [S] [SS]
Pernyatan
aitem self-esteem yang isinya menandakan tidak dimilikinya self-esteem yang tinggi.
Aitem ini bersifat tidak favorabel. Arti dari pilihan jawaban tersebut adalah
STS : sangat tidak sesuai, TS : tidak sesuai, E : antara sesuai dan tidak, S :
sesuai, dan SS : sangat sesuai.
Sedikit kenaikan harga jual
akan memberatkan beban konsumen.
[STS] [TS] [N] [S] [SS]
Aitem ini merupakan pernyataan
dalam skala sikap terhadap rencana kenaikan harga suatu produk, yang isinya mengidikasikan
keberpihakan pada kenaikan harga. Aitem ini bersifat favorabel. Arti dari
pilihan jawaban tersebut adalah STS : sangat tidak setuju, TS : tidak setuju, N
: netral, S : setuju, dan SS : sangat setuju.
Dari ketiga contoh tampak bahwa
apapun variasi pilihan jawabannya namun semua terdiri atas lima pilihan
simetrikal yang memberikan peluang bagi responden untuk menjawab dengan pilihan
tengah atau netral.
Aitem favorabel merupakan aitem
yang memihak pada objek ukur atau yang mengidikasikan tinggi atribut yang
diukur. Aitem tidak favorabel merupakan
aitem yang tidak memihak pada objek ukur atau yang mengidikasikan rendahnya
atribut yang diukur).
Penskalaan respons adalah
prosedur penempatan kelima pilihan jawaban pada suatu kontinum kuantitatif
sehingga titik angka pilihan jawaban tersebut menjadi nilai atau skor yang
diberikan bagi masing – masing jawaban. Data respon yang akan dianalisis dan
diskalakan diperoleh langsung dan kelompok subjek atau responden yang menjawab
aitem. Cara menganalisis menggunakan data responden fiktif.
|
TP
|
JR
|
KD
|
SR
|
SL
|
F
|
4
|
36
|
59
|
87
|
14
|
P=f/N
|
0,020
|
0,180
|
0,295
|
0,435
|
0,070
|
Pk
|
0,020
|
0,200
|
0,495
|
0,930
|
1,000
|
Pk-t
|
0,010
|
0,110
|
0,348
|
0,713
|
0,965
|
Z
|
-2,326
|
-1,227
|
-0,391
|
0,562
|
1,812
|
Z+2,326
|
0
|
1,099
|
1,935
|
2,888
|
4,138
|
Lajur pertama memuat frekuensi
jawaban untuk setiap kategori respons. Keseluruhan individu dalam contoh adalah
200 orang.
Proporsi diperoleh dengan membagi
setiap frekuensi dengan banyak responden. Proporsi TP adalah p=f/N p=4/200 =
0,020
Lajur
ketiga memuat pk (proporsi kumulatif). Proporsi dalam suatu kategori yang
ditambah dengan proporsi kesemua kategori disebelah kirinya.
Pk-t
adalah titik tengah proporsi kumulatif yang dirumuskan sebagai setengah
proporsi dalam kategori yang bersangkutan ditambah proporsi kumulatif pada
kategori di sebelah kirinya. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Pk-t = 1/2 p + pkb
P : proporsi dalam kategori itu
Pkb : proporsi
kumulatif dalam kategori disebelah kirinya.
Contoh untuk kategori KD adalah
½(0,295)+0,020 = 0,3475 atau 0,348.
Jarak diantara kategori – kategori
respon dinyatakan oleh jarak nilai z. Nilai z merupakan titik letak bagi setiap
kategori respons di sepanjang suatu kontinum yang berskala interval seperti yang
kita inginkan. Nilai deviasi z diperoleh dari tabel deviasi normal.
Pada lajur z+2,326 kita
meletakkan titik terendah skor pilihan jawaban pada angka nol. Hal ini
dilakukan untuk menghindari skor negatif. Biasanya juga dilakukan pembulatan bagi
angka – angka skor tersebut dengan cara menghilangkan desimal yang kurang dari
0,50 dan membulatkan ke atas desimal yang sama dengan atau lebih dari 0,50.
Kategori respons
|
TP
|
JR
|
KD
|
SR
|
SL
|
Z+2,326
|
0
|
1,099
|
1,935
|
2,888
|
4,138
|
pembulatan
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Dalam
contoh tersebut tidak selalu terjadi angka yang berinterval sama.
Kategori respons
|
SS
|
S
|
E
|
TS
|
STS
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pembulatan
|
0
|
1
|
1
|
2
|
3
|
Pada
contoh di atas sifat aitem tidak favorabel maka susunan pilihan jawaban dibalik
sehingga pilihan SS berada paling kiri dan STS paling kanan. Pada jawaban S dan
E memberikan skor yang sama sehingga isi aitem tidak mampu membedakan antara
individu yang melimilih jawaban S dan E.
G.
Validitas
dan Reabilitas
Validitas empiris
1.
Validitas
ada sekarang (conccurent validity)
Sebuah
test dikatakan memiliki validitas ada sekarang jika hasilnya sesuai dengan
pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam
hal ini hasil test dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu
mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah
ada (ada sekarang). Hasil tesnya merupakan sesuatu yang dibandingkan.
Contoh
:
Misalnya
seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau
belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya
dia memiliki misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang
lalu.
2.
Validitas
prediksi
Mempredikdi
artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang
belum terjadi. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila memiliki
kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Misalnya
tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan
keberhasilan tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan datang. Sebagai alat
pemanding, validitas predikdi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta
tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi.
Relibilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan
kepada subjek yang sama. Pada metode rliabilitas tes ulang (test-retest method)
dilakukan orang untuk menghindari pnyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan
metode ini, pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali.
Kemudian hasil dari kedua kali tes tesrebut dihitung korelasinya. Pada umumnya
hasil tes yang kedua cenderung lebih baik daripada hasil tes pertama. Hal ini tidak
mengapa karena pengetes harus sadar akan adanya practice effect dan carryover
effect. Yang penting adalah adanya kesejajaran hasil yang ditunjukkan oleh
koefisien korelasi yang tinggi.
Contoh :
Siswa
|
Tes pertama
|
Tes kedua
|
||
Skor
|
Ranking
|
Skor
|
Ranking
|
|
A
B
C
D
E
|
15
20
9
18
12
|
3
1
5
2
4
|
20
25
15
23
18
|
3
1
5
2
4
|
Walaupun nampaknya skornya naik, akan tetapi kenaikannya
dialami oleh semua siswa. Metode ini juga disebut self-correlation method
(korelasi diri sendiri) karena mengkorelasikan hasil dari tes yang sama.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin,
Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. http://www.pendis.kemenag.go.id
Arikunto, Suharsini
1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar,
Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mardapi, Djemari
2008. Teknik Penyusunan Instrumen dan
Nontes. Yogyakarta: Mitra
Cendikia Offer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar