Minggu, 31 Mei 2015

skala dan kuisioner



MAKALAH
SKALA DAN KUISIONER
Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Laurensia Aptik Evanjeli, M.A.



Disusun oleh :
1.      Asteria Ciptaningtyas                         131134148 / 4A
2.      Mariyah                                   131134188 / 4A
3.      Widi Astuti                             131134208 / 4A
4.      Regina Ari Septiningrum        131134221 / 4A



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
A.    Definisi dan Karakteristik
·         Skala
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Oppenheim (Arikunto, hlm. 23) mengatakan “Rating gives an numerical value to some kind of judgement”, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.
Skala instrumen yang sering digunakan dalam penelitian (Mardapi, hlm. 117), yaitu :
1.      Skala Thurstone
Contoh     : Minat terhadap Mata Pelajaran Sejarah
NO
Pernyataan
Skala
7
6
5
4
3
2
1
1.
Saya senang belajar Sejarah







2.
Pelajaran Sejarah bermanfaat







3.
Saya berusaha hadir tiap Pelajaran Sejarah







2.      Skala Likert
Contoh  : Sikap terhadap Mata Pelajaran Matematikaa
NO
Pernyataan
Skala




1.
Pelajaran matematika bermanfaat
SS
S
TS
STS
2.
Pelajaran matematika sulit
SS
S
TS
STS
3.
Tidak semua siswa harus belajar matematika
SS
S
TS
STS
Keterangan :
SS : Sangat Setuju                 S : Setuju
TS : Tidak Setuju                   STS : Sangat Tidak Setuju
3.      Skala Beda Semantik
Contoh  :
Pelajaran Sejarah
Menyenaangkan







Membosankan
Sulit







Mudah
Bermanfaat







Sia-Sia

Karakteristik Skala
Dalam bukunya, Saifuddin Azwar menyebutkan bahwa ada beberapa karakteristik skala, yaitu :
1.      Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.
2.      Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologis selalu berisi banyak aitem. Jawaban subjek terhadap satu aitem baru merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur.
3.      Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

·         Kuisioner
Kuisioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya kuisioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh seseorang yang akan diukur (responden). Dengan kuisoner, orang dapat mengetahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapat dan lain – lain.
Macam – macam kuisioner dapat ditinjau dari beberapa segi :
1.      Ditinjau dari segi siapa yang menjawab
a.       Kuisioner langsung
Kuisioner dikatakan langsung jika kuisioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
b.    Kuisioner tidak langsung
Kuisioner tidak langsung adalah kuisioner yang dikirimkan dan diisi bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.
2.      Ditinjau dari segi cara menjawab
a.       Kuisioner tertutup
Kuisioner tertutup adalah kuisioner yang disusun dengsan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
Contoh :
Tingkat pendidikan terakhir anda adalah :
X
 
                                        SD              SMP               SMA             Sarjana
Tanda silang (X) dibubuhkan pada kotak sarjana bila pengisi berstatus sebagai sarjana.
b.      Kuisioner terbuka
Kuisioner terbuka adalah kuisioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuisioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuisioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.
Contoh :
Untuk menumbuhkan kebiasaan membaca buku pada anak, maka sebaiknya setiap guru meminta siswa untuk membaca satu buku setiap minggunya. Bagaimana pendapat saudara?
              Meskipun dalam pemakaian sehari-hari banyak praktisi pengukuran maupun peneliti yang menukar, pakaikan saja istilah angket dan istilah skala namun perlu dipahami bahwa sebagai sesama alat pengumpulan data kedua istilah tersebut sebenarnya mengandung makna yang berbeda. Perbedaan itu antara lain (Azwar, 2007) :
a.       Data yang diungkap oleh angket berupa data faktual atau yang dianggap fakta dan kebenaran yang diketahui oleh subjek, sedangkan data yang diungkap oleh skala berupa konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu.
Contoh data angket adalah data mengenai pilihan metode KB, penghasilan rata-rata perbulan, opini atau pendapat. Sedangkan contoh data skala adalah data mengenai tendensi agresivitas, sikap terhadap sesuatu, dan lain-lain.
b.      Pertanyaan dalam angket berupa pertanyaan langsung terarah kepada informasi mengenai data yang hendak diungkap. Data yang dimaksud berupa fakta atau opini yang menyangkut diri responden, misalnya “sejak kapan Anda berhenti merokok?” Pada skala, pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari diri subjek. Pertanyaan yang diajukan memang dirancang untuk mengumpulkan sebanyak mungkin indikasi dari aspek kepribadian yang lebih abstrak. Misalnya, “Apakah yang Anda lakukan apabila tiba-tiba disapa oleh orang yang tidak Anda kenal?”
c.       Responden terhadap angket tahu persis apa yang ditanyakan dalam angket dan informasi apa yang dikehendaki oleh pertanyaan yang bersangkutaan. Sedangkan responden terhadap skala sekalipun memahami isi pertanyaannya, biasanya tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut.
d.      Jawaban dalam angket tidak dapat diberi skor (dalam arti harga atau nilai) melainkan diberi angka coding sebagai identifikasi atau klasifikasi jawaban. Sedangkan respon terhadap skala diberi skor melewati proses penskalaan (scaling).
e.       Satu angket dapat mengungkap informasi mengenai banyak hal sedangkan satu skala hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut tunggal (unidimensional).
f.       Data hasil angket tidak perlu diuji lagi reliabilitasnya secara psikometris, reliabilitas hasil angket terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden akan menjawab dengan jujur seperti apa adanya. Sedangkan hasil ukur skala harus teruji reliabilitasnya secara psikometris dikarenakan relevansi isi dan konteks kalimat yang digunakan sebagai stimulus pada skala lebih terbuka terhadap eror.
g.      Validitas angket lebih ditentukan oleh kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap sedangkan validitas skala lebih ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis yang hendak diukur dan operasionalnya.

B.     Kelebihan dan Kekurangan
a.       Skala
Kelebihan :
1.      Mudah dalam pengisian instrumen karena responden hanya memberikan tanda silang (X) atau centang (V) pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirinya.
2.      Responden sudah diberikan pilihan jawaban dan hanya mengisikan satu jawaban yang sesuai dengan keadaannya.
3.      Mudah dalam penskoran kaena hanya menjumlahkan poin dari kolom yang dipilih responden.
Kelemahan :
1.    Ada kemungkinan terjadinya halo effects, yaitu kelemahan yang akan timbul jika dalam pencatatan observasi terpikat oleh kesan-kesan umum yang baik pada peserta didik sementara ia tidak menyelidiki kesan-kesan umum itu. Misalnya, seorang guru terkesan oleh sopan santun dari peserta didik, sehingga memberikan nilai yang tinggi pada segi-segi yang lain, padahal mungkin peserta didik tersebut tidak demikian adanya.
2.    Generosity effects, yaitu kelemahan yang akan muncul bila ada keinginan untuk berbuat baik. Misalnya, seorang guru dalam keadaan ragu-ragu, maka ia cenderung akan memberikan nilai yang tinggi.
3.    Carry-over effects, yaitu kelemahan yang akan muncul jika guru tidak dapat memisahkan satu fenomena dengan fenomena yang lain. Jika fenomena yang muncul dinilai baik, maka fenomena yang lain akan dinilai baik pula.
Contoh :
Nama :                           Kelas               :
Umur :                           Sekolah           :
Hari   :                           Tanggal           :

No.
       Tgl. Observasi
Aspek
yang diobservasi

ST

ST

S

R

SR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sopan santun
Tolong-menolong
Bersikap ramah
Pemberani
Pemarah
Egois
Agresif






b.      Angket
Kelebihan :
1.      Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau penilai, dan waktu relatif lama, sehingga objektifitas dapat terjamin.
2.      Informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogeny.
3.      Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel.
Kekurangan :
1.      Ada kemungkinan angket diisi oleh orang lain.
2.      Hanya diperuntukkan bagi yang dapat melihat saja.
3.      Responden hanya menjawab berdasarkan jawaban yang ada.

C.     Prinsip – prinsip Pembuatan Skala dan Kuisioner
a.       Skala
Prinsip-Prinsip Pembuatan Instrumen Skala
1.      Panjang instrumen berhubungan dengan masalah kebosanan, yaitu tingkat kejemuan dalam mengisi instrumen.
2.      Lama pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit.
3.      Langkah pertama dalam menulis suatu pertanyaan atau pernyataan adalah informasi apa yang ingin diperoleh, struktur pertanyaan, daan pemilihan kata-kata.
4.      Pertanyaan yang diajukan jangan sampai bias, yaitu mengarahkan jawaban responden pada arah tertentu, positif atau negatif.
Contoh pertanyaan yang bias : Sebagian besar guru setuju semua siswa yang menempuh ulangan akhir lulus. Apakah saudara setuju apabila semua siswa yang mengikuti ulangan lulus semua ?
Contoh pertanyaan yang tidak bias : Sebagian guru setuju bahwa tidak semua siswaa harus lulus, namun sebagian lain tidak setuju. Apakah saudara setuju apabila semua siswa yang menempuh ujian akhir lulus semua ?
Beberapa hal yang harus diperhatikaan dalam menggunakan kata-kata untuk suatu skala yaitu :
a)      Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai tingkat pendidikan.
b)      Pertanyaannya jangan samar-samar.
c)      Hindari pertanyaan yang biasa.
d)     Hindari pertanyaan hipotetikal ataau pengandaian.

b.      Angket
Beberapa hal yang Anda harus perhatikan dalam menyusun dan menyebarkan angket, yaitu :
1.      Setiap pertanyaan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, jelas, singkat, tepat dan mudah dimengerti oleh peserta didik, seperti :
·         Hindarkan pertanyaan yang ambigu
·         Kata tambahan, seperti “biasanya”, “seringkali” hendaknya dihindari.
2.      Jangan membuat pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban. Misalnya, “kamu tidak menganggap ia anak yang cerdas, bukan ?”
3.      Jangan menggunakan dua kata sangkal dalam satu kalimat pertanyaan. Misalnya, “apakah kamu tidak senang untuk tidak membaca buku pelajaran?”
4.      Hindari pertanyaan berlaras dua, seperti : “apakah kamu senang belajar membaca dan berhitung?”
5.      Buatlah pertanyaan yang tepat sasaran.
Misalnya, apakah kamu suka belajar komputer di rumah ? Pertanyaan ini tidak tepat.
Bagaimana jika anak tidak mempunyai komputer ? Untuk itu, perlu dibuat dua pertanyaan, seperti (1) apakah kamu mempunyai komputer di rumah ? (2) Jika Ya, apakah kamu senang belajar komputer di rumah ?
6.      Jika terdapat angket yang tidak diisi, maka Anda harus membagikan lagi angket itu kepada peserta didik yang lain sebanyak yang tidak menjawab (tidak mengembalikan).
7.      Dalam menyebarkan angket, hendaknya dilampirkan surat pengantar angket.
8.      Hendaknya jawaban tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit.
D.    Contoh SK-KD
Kelas 4 Tema 1 Muatan Pelajaran IPS
KD 2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya
Kisi-kisi kuisioner
Indikator
Aitem
Menghargai teman yang berasal dari suku yang berbeda
3
Menghargai teman yang berbeda agama
1
Menghargai teman yang memiliki kesenian yang berbeda
2
Contoh soal:
1.      Apabila ada teman yang sedang beribadah, apa yang akan kamu lakukan?
2.      Apa yang akan kamulakukan apabila ada teman yang memiliki kesenian yang berbeda denganmu?
3.      Bagaimana cara kita mensyukuri keberagaman suku di lingkungan sekolahmu?
Kisi-kisi skala:
Indikator
Aitem favorabel
Aitem unfavorabel
Menghargai teman yang berasal dari suku yang berbeda
6
1
Menghargai teman yang berbeda agama
2
4
Menghargai teman yang memiliki kesenian yang berbeda
5
3
Contoh soal:
Berikan tanda silang (X) pada kolom SS/S/TS/STS
NO
Pernyataan
SS
S
TS
STS
1
Saya suka mengejek teman yang berasal dri suku yang berbeda.




2
Saya menghormati teman yang sedang beribadah.




3
Saya merasa kesenian dari daerah saya merupakan kesenian yang paling baik dibandingkan kesenian teman yang berasal dari daerah lain.




4
Saya akan tetap mengajak teman bermain walaupun ia akan beribadah.




5
Saya mau melihat pertunjukkan seni teman yang berasal dari daerah lain.




6
Saya ingin mempelajari suku teman yang berbeda untuk menmbah pengetahuan.





E.     Penulisan Aitem
a.       Format Aitem
Saifuddin Azwar menyebutkan bahwa dari berbagai bentuk format aitem yang dapat ditulis dalam penyusunan skala psikologi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu bentuk pertanyaan dan bentuk pernyataan. Bentuk pernyataan dengan pilihan jawaban disajikan dalam kalimat pernyataan (kalimat deklaratif) mengenai atribut yang diukur atau kalimat pernyataan mengenai situasi yang mengandung indikasi perilaku tertentu. Contohnya adalah sebagai berikut :
(Pernyataan mengenai ada tidaknya suatu kejadian dalam enam bulan terakhir yang merupakan indikator adanya tekanan batin mengarah kepada depresi)
Merasa dibenci seseorang                               (Ya)     (Tidak)
Perubahan ekonomi keluarga                         (Ya)     (Tidak)
Dalam contoh di atas, yang diambil dari skala pengukuran stress kedua aitem merupakan pernyataan mengenai keadaan atau perasaan yang dialami oleh seseorang. Subjek hanya perlu menjawab dengan “ya” atau “tidak” setiap jawaban “ya” mengindikasikan adanya stress yang secara kuantitatif skor (nilai) nya ditentukan oleh proses penskalaan. Berikut adalah contoh-contoh aitem yang dimaksudkan untuk mengungkap adanya konflik peran-ganda pada wanita karir. Dalam contoh ini, aitem juga berupa pernyataan tetapi direspons dengan 4 pilihan.
Merasa gelisah di kantor memikirkan keadaan anak-anak di rumah.
(TP)     (KD)    (SR)     (SL)
Merasa tidak sempurna sebagai seorang ibu karena pada saat anak-anak pulang sekolah saya belum pulang kerja.
(TP)     (KD)    (SR)     (SL)
(Pernyataan mengenai perasaan yang mungkin dirasakan oleh wanita sebagai ibu sekaligus sebagai wanita karir)

Dalam contoh skala konflik peran ganda ini, subjek diminta menyatakan frekuensi timbulnya perasaan sebagaimana yang digambarkan dalam aitem. Pilihan-pilihan jawabannya adalah TP=Tidak Pernah, KD= Kadang-Kadang, SR= Sering dan SL= Selalu. Jawaban SR dan SL berarti frekuensi perasaan yang tinggi dan mengindikasikan tingginya tingkat konflik peran ganda yang dialami, sebaliknya jawaban TP dan KD mengindikasikan bahwa tingkat konflik peran ganda yang dialami responden termasuk rendah.
Beberapa kaidah penulisan aitem skala :
1.      Gunakan kata-kata dan kalimat yaang sederhana, jelas, dan mudah dimengerti oleh responden namun harus tetap mengikuti tata tulis dan tata bahasa Indonesia yang baku.
Kata-kata dan kalimat yang kompleks akan menyulitkan responden dalam memahami maksud aitem. Aitem-aitem yang sulit difahami maksudnya dapat mengurangi minat dan kesungguhan responden.
2.      Tulis aitem dengan berhati-hati sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda terhadap istilah yang digunakan.
Hindari penggunaan istilah-istilah teknis dalam kalimat aitem. Istilah-istilah teknis yang tidak begitu populer mudah disalahartikan oleh responden.
3.         Selalu ingat bahwa penulisan aitem mengacu pada indikator perilaku atau komponen atribut, karena itu jangan menulis aitem yang langsung menanyakan atribut yang hendak diungkap.
Berikut adalah satu contoh aitem yang pernah ditulis oleh seorang mahasiswa yang dimaksudkan untuk mengungkap Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun :
“Saya merasa cemas akan kesepian setelah pensiun”
Aitem seperti ini apabila dijawab oleh responden dengan “setuju” atau “ya” maka harus disimpulkan bahwa responden merasa cemas, begitu pula sebaliknya jawaban “tidak” menyebabkan kesimpulan bahwa subjek tidak merasa cemas. Inilah contoh aitem yang ditulis langsung dan tidak tepat untuk digunakan dalam skala. Hendaknya dibuat aitem yang tidak langsung menanyakan kecemasan, seperti :
“saya sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaan bila mengingat masa pensiun yang sudah dekat”
Yang mengacu pada gangguan konsentrasi sebagai salah satu indikator kecemasan. Jawaban “ya” pada aitem ini baru merupakan sebagian dari banyak indikasi kecemasan yang masih perlu didukung oleh jawaban terhadap aitem-aitem lainnya. Begitu pula dengan sebaliknya jawaban “tidak” baru merupakan satu pertanda saja dari banyak indikasi tidak adanya kecemasan.
4.      Selalu perhatikan indikator perilaku apa yang hendak diungkap sehingga stimulus dan pilihan jawaban tetap relevan dengan tujuan pengukuran.
Bila penulis telah terlalu lama duduk mengarahkan kemampuan dan kreatifitasnya daalam “menciptakan” aitem, ada kecenderungan untuk kehilangan arah sehingga secara tidak sadar mulai menulis aitem-aitem yang sebenarnya kurang relevan dengan tujuan pengukuran. Penulisan aitem bukan pekerjaan yang dapat selesai dengan sekali duduk. Oleh karena itu jangan memaksakan diri, dan bila sedang memusatkan pikiran jangan pernah memusatkan indikator atau komponen yang hendak dibuat.
5.      Cobalah menguji pilihan-pilihan jawaban yang telah ditulis. Adakah perbedaan arti atau makna antara dua pilihan yang berbeda sesuai dengan ciri atribut yang sedang diukur, apabila tidak maka aitem yang bersangkutan tidak akan memiliki daya beda (discriminating power).
6.      Perhatikan bahwa isi aitem tidak boleh mengandung sosial desirability yaitu aitem yang isinya sesuai dengan keinginan sosial umumnya atau dianggap baaik oleh norma sosial. Aitem yang bermuatan sosial desirability cenderung akan disetujui atau didukung oleh semua orang semata-mata karena orang berfikir normatif, bukan karena isi aitem itu sesuai dengan perasaan atau keadaan dirinya.
7.      Untuk menghindari stereotipe jawaban, sebagian dari aitem perlu dibuat dalam arah favorebel dan sebagian lain dibuat dalam arah tidak favorabel.

F.      Pemberian Skor
Penskalaan Respons
Salah satu format yang sering digunakan adalah format lima pilihan yang merupakan jawaban terhadap aitem yang berbentuk pernyataan.
Merasa gelisah di kantor saat memikirkan keadaan anak – anak dirumah.
[TP]                   [JR]               [KD]                [SR]                 [SL]
Pernyataan aitem dalam skala konflik peran-ganda yang mengidentifikasi adanya konflik. Aitem ini bersiffat favorabel. Pilihan di atas adalah TP : tidak pernah, JR : jarang, KD : kadang – kadang, SR : sering, dan SL : selalu.
Pendapat saya tidak dihargai orang lain.
[STS]     [TS]               [E]                  [S]                   [SS]
Pernyatan aitem self-esteem yang isinya menandakan tidak dimilikinya self-esteem yang tinggi. Aitem ini bersifat tidak favorabel. Arti dari pilihan jawaban tersebut adalah STS : sangat tidak sesuai, TS : tidak sesuai, E : antara sesuai dan tidak, S : sesuai, dan SS : sangat sesuai.
Sedikit kenaikan harga jual akan memberatkan beban konsumen.
[STS]     [TS]               [N]                  [S]                   [SS]
Aitem ini merupakan pernyataan dalam skala sikap terhadap rencana kenaikan harga suatu produk, yang isinya mengidikasikan keberpihakan pada kenaikan harga. Aitem ini bersifat favorabel. Arti dari pilihan jawaban tersebut adalah STS : sangat tidak setuju, TS : tidak setuju, N : netral, S : setuju, dan SS : sangat setuju.
Dari ketiga contoh tampak bahwa apapun variasi pilihan jawabannya namun semua terdiri atas lima pilihan simetrikal yang memberikan peluang bagi responden untuk menjawab dengan pilihan tengah atau netral.
Aitem favorabel merupakan aitem yang memihak pada objek ukur atau yang mengidikasikan tinggi atribut yang diukur. Aitem  tidak favorabel merupakan aitem yang tidak memihak pada objek ukur atau yang mengidikasikan rendahnya atribut yang diukur).
Penskalaan respons adalah prosedur penempatan kelima pilihan jawaban pada suatu kontinum kuantitatif sehingga titik angka pilihan jawaban tersebut menjadi nilai atau skor yang diberikan bagi masing – masing jawaban. Data respon yang akan dianalisis dan diskalakan diperoleh langsung dan kelompok subjek atau responden yang menjawab aitem. Cara menganalisis menggunakan data responden fiktif.

TP
JR
KD
SR
SL
F
4
36
59
87
14
P=f/N
0,020
0,180
0,295
0,435
0,070
Pk
0,020
0,200
0,495
0,930
1,000
Pk-t
0,010
0,110
0,348
0,713
0,965
Z
-2,326
-1,227
-0,391
0,562
1,812
Z+2,326
0
1,099
1,935
2,888
4,138
Lajur pertama memuat frekuensi jawaban untuk setiap kategori respons. Keseluruhan individu dalam contoh adalah 200 orang.
Proporsi diperoleh dengan membagi setiap frekuensi dengan banyak responden. Proporsi TP adalah p=f/N p=4/200 = 0,020
Lajur ketiga memuat pk (proporsi kumulatif). Proporsi dalam suatu kategori yang ditambah dengan proporsi kesemua kategori disebelah kirinya.
Pk-t adalah titik tengah proporsi kumulatif yang dirumuskan sebagai setengah proporsi dalam kategori yang bersangkutan ditambah proporsi kumulatif pada kategori di sebelah kirinya. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Pk-t = 1/2 p + pkb
P : proporsi dalam kategori itu
Pkb : proporsi kumulatif dalam kategori disebelah kirinya.
Contoh untuk kategori KD adalah ½(0,295)+0,020 = 0,3475 atau 0,348.
Jarak diantara kategori – kategori respon dinyatakan oleh jarak nilai z. Nilai z merupakan titik letak bagi setiap kategori respons di sepanjang suatu kontinum yang berskala interval seperti yang kita inginkan. Nilai deviasi z diperoleh dari tabel deviasi normal.
Pada lajur z+2,326 kita meletakkan titik terendah skor pilihan jawaban pada angka nol. Hal ini dilakukan untuk menghindari skor negatif. Biasanya juga dilakukan pembulatan bagi angka – angka skor tersebut dengan cara menghilangkan desimal yang kurang dari 0,50 dan membulatkan ke atas desimal yang sama dengan atau lebih dari 0,50.
Kategori respons

TP
JR
KD
SR
SL
Z+2,326
0
1,099
1,935
2,888
4,138
pembulatan
0
1
2
3
4
Dalam contoh tersebut tidak selalu terjadi angka yang berinterval sama.
Kategori respons

SS
S
E
TS
STS




































Pembulatan
0
1
1
2
3
Pada contoh di atas sifat aitem tidak favorabel maka susunan pilihan jawaban dibalik sehingga pilihan SS berada paling kiri dan STS paling kanan. Pada jawaban S dan E memberikan skor yang sama sehingga isi aitem tidak mampu membedakan antara individu yang melimilih jawaban S dan E.

G.    Validitas dan Reabilitas
Validitas empiris
1.      Validitas ada sekarang (conccurent validity)
Sebuah test dikatakan memiliki validitas ada sekarang jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil test dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang). Hasil tesnya merupakan sesuatu yang dibandingkan.
Contoh :
Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dia memiliki misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
2.      Validitas prediksi
Mempredikdi artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan  memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila memiliki kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Misalnya tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan datang. Sebagai alat pemanding, validitas predikdi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi.
Relibilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Pada metode rliabilitas tes ulang (test-retest method) dilakukan orang untuk menghindari pnyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan metode ini, pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali. Kemudian hasil dari kedua kali tes tesrebut dihitung korelasinya. Pada umumnya hasil tes yang kedua cenderung lebih baik daripada hasil tes pertama. Hal ini tidak mengapa karena pengetes harus sadar akan adanya practice effect dan carryover effect. Yang penting adalah adanya kesejajaran hasil yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang tinggi.
 Contoh :
Siswa
Tes pertama
Tes kedua
Skor
Ranking  
Skor
Ranking
A
B
C
D
E
15
20
9
18
12
3
1
5
2
4
20
25
15
23
18
3
1
5
2
4

Walaupun nampaknya skornya naik, akan tetapi kenaikannya dialami oleh semua siswa. Metode ini juga disebut self-correlation method (korelasi diri sendiri) karena mengkorelasikan hasil dari tes yang sama.





DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. http://www.pendis.kemenag.go.id
Arikunto, Suharsini 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mardapi, Djemari 2008. Teknik Penyusunan Instrumen dan Nontes. Yogyakarta:      Mitra Cendikia Offer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar