CEREBRAL
PALSY
Disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu : Brigitta
Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi.

Disusun oleh :
1.
Yohanes
Sigit Tri Wahyudi 131134036
2.
Rigia Tirza
Hardini 131134134
3.
Florentina
Pradita Setyaningsih 131134196
4.
Stefani
Laksita Gorajaya 131134232
4A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Anak berkebutuhan khusus
memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan
khusus. Mereka mempunyai gangguan (Impairment) kecerdasan atau
intelegensi, mental sosial
emosi dan fisik. Salah satu jenis anak berkebutuhan khusus adalah anak Cerebral Palsy. Cerebral Palsy
adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang menderita kerusakan
otak. Karena adanya kerusakan otak inilah, gerakan tubuh seseorang akan
terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta
tonusnya, berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan posturya. Penyakit Cerebral Palsy ini pertama kali diperkenalkan oleh William John Little (1843),
yang menyebutnya dengan istilah Cerebral
Diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William
Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral Palsy, sedangkan Sigmud Freud menyebutnya dengan istilah
infantile Cerebral Paralysis.
Dari pengertian di atas
dapat diambil suatu pengertian mengenai anak Cerebral Palsy, mereka mengalami gangguan (impairment) yang
ditandai dengan terdapatnya gangguan pada sistem motorik pergerakan otot atau
sikap tubuh yang dapat pula disertai dengan kondisi keterbelakangan mental
ataupun gejala syaraf lainnya, dimana kesemuanya ini disebabkan karena fungsi kontrol
otot akibat adanya ketidaknormalan di dalam area otak atau akibat disfungsi
otak sebelum perkembangan yang sempurna. Dengan demikian dapat dilihat
perbedaan antara anak Cerebral Palsy dengan
anak berkebutuhan khusus lainnya dimana kecacatan fisik pada mereka menyebabkan
aktivitas gerakannya menjadi terganggu.
Pada
semester IV Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
Dharma memberikan mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus agar mahasiswa
memiliki bekal kedepan untuk dapat menghadapi
siswa yang memiliki kebutuhan khusus, mengalami
kecacatan atau kelainan.
- Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian
dari Cerebral Palsy?
2. Bagaimana
karakteristik dari Cerebral Palsy?
3. Bagaimana
tipe-tipe dari anak berkebutuhan khusus Cerebral
Palsy?
4. Apa
yang menjadi faktor penyebab dari Cerebral
Palsy?
5. Apa
penanganan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy?
- Tujuan
1.
Mengetahui pengertian dari Cerebral Palsy.
2.
Mengetahui
karakteristik dari Cerebral Palsy.
3.
Mengetahui tipe-tipe
dari anak berkebutuhan khusus Cerebral
Palsy.
4.
Mengetahui faktor
penyebab dari Cerebral Palsy.
5.
Mengetahui penanganan
yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy.
BAB II
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN CEREBRAL PALSY
Cerebral
Palsy
adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang terkena kerusakan
otak. Karena adanya kerusakan otak inilah, gerakan tubuh seseorang akan terpengaruh
kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta tonusnya,
berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan posturya. Kerusakan otaknya juga akan
mempengaruhi keseimbangan tubuh juga pada keterampilan motorik halusnya atau
kasarnya dan bahkan fungsi motorik oralnya.
Kelainan yang disebabkan adanya
kerusakan otak ini tidak dapat disembuhkan atau dibentuk normal kembali karena
sifatnya yang permanen dan sulit untuk diperbaiki. Yang berarti bahwa belum
ditemukannya obat atau bahan pemulih bagi mereka yang mengalami kelainan karena
kerusakan otak. Namun, untuk membantu dalam pengelolaan tubuh yang menderita Cerebral Palsy, terapi menjadi salah
satu hal yang diperlukan.
Cerebral
Palsy
tidak akan berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk selama masa hidupnya.
Akan tetapi, jika kondisi asosiatifnya tidak mendapat perawatan yang intensif
serta benar dan disesuaikan dengan tingkatan kerusakan otak seorang penderita
tersebut, kondisinya akan menjadi buruk dari waktu ke waktu. Dengan kata lain,
mereka yang menderita Cerebral Palsy
membutuhkan terapi pengobatan seperti operasi, obat-obatan serta teknologi yang
dapat membantu mereka memaksimalkan kemandirian, mengurangi kesulitan yang
menjadi hambatan mereka, dan meningkatkan inklusi mereka, karena hal itulah yang
membantu mereka untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam kebanyakan
kasus Cerebral Palsy yang terjadi,
kerusakan otak seorang penderita terjadi pada saat otak sedang mengalami
perkembangannya.
Efek besar bagi penderita Cerebral Palsy adalah mereka mengalami
kesulitan dalam mengontrol gerakan tubuhnya akibat koordinasi dan keseimbangan
yang tidak bisa mereka dapatkan. Ini terjadi akibat adanya kesalahan dari
otot-otot yang menerima perintah karena motor korteks serebral mereka tidak
berkembang secara normal kemungkinan pada saat perkembangan janin. Kemudian
penderita mengalami cedera otak baik sebelum, selama atau setelah bayi lahir.
- KARAKTERISTIK CEREBRAL PALSY
Mereka yang menderita Cerebral Palsy
tidak serta-merta gejalanya dapat dilihat begitu saja setelah bayi dilahirkan.
Ciri-ciri cerebral palsy akan diketahui saat bayi berusia hampir satu tahun,
karena umumnya mereka mengalami ganggungan ortopedi. Dan ciri-ciri yang biasa
tampak pada anak pengidap Cerebral Palsy
antara lain :
1) Gangguan
Tonus Otot
Ciri ini akan begitu mencolok terlihat
karena mereka yang mengidap Cerebral
Palsy akan mengalami kesulitan dalam mengontrol kemampuan otot mereka untuk
bekerja sama dalam mempertahankan stabilitas tubuhnya. Otot-otot mereka akan
melakukan koordinasi dengan otot lain yang menjadi pasangannya untuk
berkontraksi dalam bekerja atau sekadar rileks. Walaupun hanya melakukan gerakan yang sederhana seperti duduk, hal ini juga
membutuhkan koordinasi beberapa otot penggerak, di mana satu sisi berkontraksi
dan sisi lain mengendur (rileks). Cedera otak atau pun malformasi (kegagalan
pembentukan organ) sebagai penyebab Cerebral
Palsy akan merusak kemampuan susunan
syaraf pusat dalam mengontrol gerakan otot.
Tonus otot yang normal
mempunyai efek pada kemampuan tungkai untuk bergerak dan berkontraksi tanpa
kesulitan sehingga memungkinkan orang itu untuk duduk, berdiri, dan menjaga
posturnya tanpa bantuan. Kelainan tonus otot ini dapat terjadi saat melakukan
koordinasi. Hal yang yang terjadi, otot tidak memadai terjadi ketika otot tidak
berkoordinasi bersama-sama. Ketika ini terjadi, otot yang bekerja secara
berpasangan mengalami kontraksi secara bersamaan dan bahkan refleks bersamaaan
sehingga terjadi ketidakseimbangan pada pergerakan otot tersebut.
Meski hanya melakukan
gerakan yang sederhana, misalnya duduk, membutuhkan koordinasi beberapa otot
penggerak yang satu sisi harus berkontraksi dan sisi lain harus mengendur
(rileks). Cedera otak ataupun malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai
penyebab Cerebral Palsy akan merusak
kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan otot.
Tonus otot yg normal akan berefek pada kemampuan
tungkai untuk bergerak dan berkontraksi tanpa kesulitan, memungkinkan seseorang
untuk duduk, berdiri dan menjaga postur tanpa bantuan. Kelainan tonus otot
terjadi pada saat melakukan koordinasi. Saat hal ini terjadi,
Otot tidak memadai terjadi
ketika otot tidak berkoordinasi bersama-sama . Ketika ini terjadi , otot yg
bekerja secara berpasangan, misalnya biceps dan triceps, mungkin berkontraksi
bersamaan, atau justru rileks dua-duanya. Otot penyangga tulang belakang
mungkin terlalu rileks, yg membuat control batang tubuh kesulitan untuk tegak,
postur yg buruk dan kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri.
Anak Cerebral
Palsy mempunyai kombinasi tanda-tanda sebagai berikut. Adanya perbedaan
anggota gerak diakibatkan oleh perbedaan kerusakan di sruktur otak.dua gejala
utama dari tonus abnormal adalah hypotonia dan hypertonia, tetapi, tonus dapat
dijelaskan pula dengan cara perbandingan berikut :
·
Hypotonia;
penurunan tonus otot atau ketegangannya (flasid, rileks atau floppy)
·
Hipertonia,
meningkatnya tonus otot / ketegangan (lengan / tungkai menjadi kaku)
·
Distonia,
naik turunnya tonus otot
·
Campuran ,
adanya hipotonus pada otot penyangga postur tubuh, sementara lengan dan tungkai
hipertonus
·
Spasme
otot, kontraksi otot yang tidak disadari, biasanya ada nyeri
·
Kaku sendi,
sendi yang terkunci sehingga mencegah gerakan leluasa
·
Tonus leher
dan batang tubuh abnormal- menurun menjadi hipotonia atau meninggi menjadi
hipertonia sesuai tipe kelainan Cerebral
Palsy nya
·
Klonus :
spasme otot dengan kontraksi biasa. Ada di ankle dan telapak tangan
- Gangguan Kontrol Gerakan dan Koordinasi
Gangguan pada tonus otot mempengaruhi gerakan tubuh dan anggota
gerak, sehingga semua anak Cerebral Palsy
akan bisa merasakan control otot dan
koordinasinya yang buruk. Gangguan control gerakan ortot dapat menyebabkan
komplikasi anggota gerak yang selalu lurus / ekstensi, berkontraksi terus
menerus, selalu bergerak atapun pola ritmik menyerupai spastic. Gejala lain
akan lebih terlihat saat anak dalam kesulitan / stress, juga pada saat
diberikan tugas motorik seperti mengambil dan meraih objek. Kadang –kadang
gejala tidak terlihat saat anak tertidur dan otot menjadi rileks.
- Gangguan Refleks
Reflex adalah gerakan tidak disadari dari tubuh sebagai respons
dari sebuah stimulus/rangsangan. Reflex tertentu akan muncul pada saat lahir
atau beberapa bulan setelah lahir lalu
hilang secara terprediksi sebagai tanda perkembangan bayi. Pada reflex tertentu
tidak akan hilang pada anak cerebral palsy. Beberapa reflex tertentu
mengindikasikan kelainan Cerebral Palsy.
Hiper refleksia yaitu merupakan tanda eksesif
yang menyebabkan kedutan dan spastisitas. Kurang berkembangnya reflex
postural dan reflex protektif adalah
rambu-rambu tanda perkembangan abnormal, termasuk Cerebral Palsy . Reflex primitive abnormal tidak terjadi pada anak Cerebral Palsy, atau tidak terlihat
secara spesifik seperti yang
nampak pada anak dengan perkembangan normal. Reflex primitive yg biasanya tidak berfungsi dengan baik antara lain :
- TIPE-TIPE CEREBRAL PALSY
Klasifikasi berdasarkan keekstriman :
- Hemiplegia
Gangguan hanya terjadi pada setengah badan.
- Diplegia
Gangguan pada kaki lebih parah daripada tangan.
- Quadriplegia
Gangguan terjadi pada kaki
dan tangan.
- Paraplegia
Gangguan terjadi hanya pada
kaki.
- Monoplegia
Gangguan terjadi hanya pada
tangan. Jenis ini jarang terjadi.
- Double Hemiplegia
Gangguan pada kedua bagian tubuh tetapi kanan dan kiri
berbeda tingkat keparahannya.
- Triplegia
Gangguan terjadi pada 3 bagian dari kaki dan tangan.
Contoh gangguan terjadi pada kedua tangan dan satu kaki.
Klasifikasi menurut tipe gangguan motorik
a.
Spasticity
Mengacu pada ketidakharmonisan otot motorik. Otot anak
yang mengalami spasicity tidak langsung bergerak ketika tiba-tiba direntangkan
atau digerakkan. Kontraksi spastik mengakibatkan ketegangan otot dan membuat
gerak tidak akurat. 50% dari penderita Cerebral Palsy
memperlihatkan gejala ini.
b.
Athetosis
Mengacu pada gerakan reflek, gerakan tersentak-sentak,
menggeliat terutama pada jari dan pergelangan tangan. Gerakan yang berlangsung
berturu-turut ini tidak bisa dikontrol pleh beberapa kelompok otot. Gejala ini
akan berhenti ketika penderita tidur. 25% dari penderita Cerebral Palsy
mengalami gangguan ini.
c.
Ataksia
Ataksia adalah gangguan pada koordinasi.
Bayi dalam golongan ini biasanya menunjukan perkembangan motorik yang lambat.
Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat
lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. 25% penderita Cerebral
Palsy
mengalami gangguan ini.
d.
Rigidity Cerebral Palsy
Mengacu pada kekakuan otot. Tipe ini jarang terjadi.
e.
Tremor Cerebral Palsy
Mengacu pada gangguan syaraf yang menyebabkan tidak
terkontrolnya gerakan pada bagian otot tertentu.
Gerakan tersebut terjadi berulang-ulang dalam selang waktu tertentu.
f.
Mixed Cerebral Palsy
Jenis Cerebral
Palsy
ini merupakan gabungan dari dua atau tiga tipe gangguan di atas.
- FAKTOR PENYEBAB CEREBRAL PALSY
Penyebab dari Cerebral Palsy
ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal (saat bayi dalam
kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses pascanatal
(sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan). Kasus-kasus tersebut
dapat di lihat sebagai berikut :
- PRANATAL ( Proses ketika bayi berada di dalam kandungan)
Pada saat janin berada dalam kandungan, kemungkinan terjadinya
gangguan perkembangan pada otak bayi sangatlah besar. Gangguan tersebutlah yang
menyebabkan otak bayi menjadi abnormal atau memiliki cedera. Hal ini dapat
terjadi apabila ibu hamil terkena infeksi toksoplasma, rubela, CMV, Cacar air,
atau herpes sangat rentan sekali mempengaruhi keadaan bayi di dalam kandungan.
Hal ini akan menyebabkan bayi mengalami masalah perkembangan jaringan otak. 75%
dari kasus Cerebral Palsy terjadi saat berada dalam masa Pranatal
seperti itu.
- PERINATAL (Proses Persalinan)
Ketika bayi berada pada proses persalinan terutama persalinan yang
lama bahkan sulit kemudian dibutuhkan alat bantu melahirkannya, kemungkinan
terjadi luka di kepala bayi juga dapat dijadikan penyebab terjadinya Cerebral Palsy. Kemudian terjadi tali pusar yang melilit bayi yang menyebabkan
bayi kesulitan bernapas dapat menyebabkan cedera otak akibat kekurangan asupan
oksigen yang membuat bayi tersebut kejang lalu mengalami pendarahan. Bayi
prematur juga rentan terkena infeksi otak dan pendarahan otak. Kasus Cerebral Palsy pada masa Perinatal ini terjadi sampai 10-15%.
- PASCANATAL (Proses sesudah dilahirkan/di luar kandungan)
Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan yang berada di
bawah 2 kg akan rentan terkena penyakit kuning yang juga menjadi salah satu
faktor penyebab terjadinya Cerebral
Palsy. Dan bayi yang menderita
malaria dan infeksi otak seperti meningitis, radang selaput otak lalu mengalami
panas tinggi dan juga mengalami kecelakaan akibat kelalaian orang tuanya
seperti terjatuh yang kemudian menyebabkan luka pada kepala yang lalu
mempengaruhi otak sehingga menimbulkan trauma juga berpengaruh terjadinya Cerebral Palsy. Bayi yang kekurangan
asupan oksigen dan beberapa kasus yang tidak diketahui penyebabnya juga
merupakan faktor dari Cerebral
Palsy dan 10%
kemungkinan dapat terjadi pada bayi pasca dilahirkan ke dunia.
- PENDAMPINGAN YANG DAPAT DILAKUKAN
Anak
dengan Cerebral Palsy membutuhkan pendampingan secara intensif. Dalam hal ini
perhatian dari orangtua harus mampu memantau perkembangan anak itu sendiri.
Ketika anak menunjukkan gejala kelemahan atau kelumpuhan fisik, orangtua
seharusnya cepat tanggap dan memeriksakan anaknya. Pada awalnya, gejala Cerebral Palsy mungkin sangat ringan dan
hanya terdeteksi dengan kesulitan gerak. Namun anak dengan Cerebral Palsy juga dapat menunjukkan segala yang lebih dalam
seperti fisik yang sama sekali tidak dapat berbuat apapun. Pada umumnya penanganan penderita Cerebral Palsy meliputi :
- Medik
Pada keadaan ini perlu kerja sama
yang baik dan merupakan suatu tim dokter anak, neurolog, psikiater, dokter
mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupatiional therapist,
pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orangtua pasien.
- Aspek non medis yang dilakukan
Untuk mengatasi kecacatan motorik
yang disertai kecacatan mental memerlukan pendidikan yang khusus. Kesembuhan
dalam arti regenerasi otak yang sehat dapat diraih dengan pengobatan dan
perawatan yang tepat.
- Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai
secara intensif. Orang tua turut membantu program latihan dirumah. Untuk
mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi pasien pada waktu istirahat atau
tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal dipusat
latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien hidup.
- Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau
hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot, tendon atau
tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotatik dianjurkan pada
pasien dengan pergerakan koreotetosis yang berlebihan. Bertujuan untuk
mengurangi spasme otot, menyamakan kekuatan otot yang antagonis, menstabilkan
sendi-sendi dan mengoreksi deformitas. Tindakan operasi lebih sering dilakukan
pada tipe spastik dari pada tipe lainnya. Juga lebih sering dilakukan pada
anggota gerak bawah dibanding -dengan anggota gerak atas. Prosedur operasi yang
dilakukan disesuaikan dengan jenis operasinya, apakah operasi itu dilakukan
pada saraf motorik, tendon, otot atau pada tulang.
- Obat-obatan
Pasien Cerebral Palsy yang dengan gejala motorik ringan
adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya
makin buruk prognosisnya. Bila di negara maju ada tersedia institute cerebral
palsy untuk merawat atau untuk menempung pasien ini. Pemberian obat-obatan pada
Cerebral Palsy bertujuan untuk memperbaiki
gangguan tingkah laku, neuro-motorik dan untuk mengontrol serangan kejang. Pada
penderita Cerebral
Palsy
yang kejang. pemberian obat anti kejang memeerkan hasil yang baik dalam
mengontrol kejang, tetapi pada Cerebral
Palsy tipe spastik dan atetosis obat
ini kurang berhasil. Demikian pula obat muskulorelaksan kurang berhasil
menurunkan tonus otot pada Cerebral Palsy
tipe spastik dan atetosis. Pada
penderita dengan kejang diberikan maintenance anti kejang yang
disesuaikan dengan karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilantin dan
sebagainya. Pada keadaan tonus otot yang berlebihan, obat golongan benzodiazepine,
misalnya : valium, librium atau mogadon dapat dicoba. Pada keadaan choreoathetosis
diberikan artane. Tofranil (imipramine) diberikan pada keadaan depresi. Pada
penderita yang hiperaktif dapat diberikan dextroamphetamine 5 – 10 mg
pada pagi hari dan 2,5 – 5 mg pada waktu tengah hari.
- Tindakan keperawatan
Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi
yang baru lahir yang beresiko (baca status bayi secara cermat mengenai riwayat
kehamilan/ kelahirannya). jika dijumpai adanya kejang atau sikap bayi
yang tidak biasa pada neonatus segera memberitahukan dokter agar dapat
dilakukan penanganan semestinya. Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko
terjadi gangguan pada otak walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi
kelainan agar dipesankan kepad orangtua/ibunya jika melihat sikap bayi tidak
normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.
- Terapi SI
Terapi
SI adalah terapi yang sering digunakan sebagai pendampingan utama penderita Cerebral Palsy. Terapi ini menggunakan
permainan yang dirancang khusus untuk penderita Cerebral Palsy, contohnya permainan perosotan dengan derajat
kemiringan tertentu agar fisik anak terlatih dan dapat mengurangi kekakuan atau
kelemahan.
- Occupational therapy
Ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan untuk menolong diri sendiri, memperbaiki kemampuan motorik halus,
penderita dilatih supaya bisa mengenakan pakaian, makan, minum dan keterampilan
lainnya.
- Redukasi dan rehabilitasi.
Dengan adanya kecacatan yang
bersifat multifaset, seseorang penderita Cerebral
Palsy perlu mendapatkan terapi yang
sesuai dengan kecacatannya. Evaluasi terhadap tujuan perlu dibuat oleh
masing-masing terapist. Tujuan yang akan dicapai perlu juga disampaikan
kepada orang tua/famili penderita, sebab dengan demikian ia dapat merelakan
anaknya mendapat perawatan yang cocok serta ikut pula melakukan perawatan tadi
di lingkungan hidupnya sendiri. Fisio terapi bertujuan untuk mengembangkan
berbagai gerakan yang diperlukan untuk memperoleh keterampilan secara independent
untuk aktivitas sehari-hari. Fisio terapi ini harus segera dimulai secara
intensif. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita sewaktu
istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara
tinggal di suatu pusat latihan. Fisio terapi dilakukan sepanjang hidup
penderita. Selain fisio terapi, penderita Cerebral
Palsy perlu dididik sesuai dengan
tingkat inteligensinya, di Sekolah Luar Biasa dan bila mungkin di sekolah biasa
bersama-sama dengan anak yang normal. Di Sekolah Luar Biasa dapat dilakukan speech
therapy dan occupational therapy yang disesuaikan dengan
keadaan penderita. Mereka sebaiknya diperlakukan sebagai anak biasa yang pulang
ke rumah dengan kendaraan bersanrm-sama sehingga tidak merasa diasingkan, hidup
dalam suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan dan
untuk itu pekerja sosial dapat membantu di rumah dengan melihat seperlunya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Cerebral
Palsy adalah sebutan yang diberikan para
medis pada mereka yang terkena kerusakan otak sehingga gerakan tubuh seseorang
akan terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta
tonusnya, berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan posturya.
2.
Karakteristik
atau ciri-ciri penderita
Cerebral Palsy
akan diketahui saat bayi berusia hampir satu tahun, karena umumnya mereka
mengalami ganggungan ortopedi. Dan ciri-ciri yang biasa tampak pada anak
pengidap Cerebral Palsy antara lain
Gangguan Tonus Otot, Gangguan Kontrol Gerakan dan
Koordinasi, dan Gangguan Refleks.
3.
Tipe-tipe
anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy digolongkan
berdasarkan tingkat keekstriman dan gangguan motoriknya.
4.
Penyebab dari Cerebral Palsy
ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal (saat bayi dalam
kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses pascanatal
(sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan).
5.
Penanganan
yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus Cerebral Palsy adalah
dengan pendampingan secara intensif. Perhatian dari orangtua sangat penting dalam
memantau perkembangan anak itu sendiri. Sedangkan
penanganan yang dapat dilakukan untuk anak pengidap Cerebral Palsy adalah dengan berbagai terapi.
DAFTAR REFERENSI
Ayres.
A. J.(1989). Sensory Integration and Practice Test. Los
Angeles: Western Psychological Services.
Anderson.
J. M. (1998).Sensory Motor Issues in Autism. Texas: Therapy Skill
Builders.
Kimbal.
J. G. (1999). Sensory Integration Frame of Reference. Philadelphia:
Lipincot Williams&Wilkins.
Casey, Kevin.
1981. Teaching Children with Special
Need. Claremont Teachers College : Clarement, Western Australia.
Hallahan, Daniel
P. & James M. Kauffman. 1978. Exceptional
Children Introduction to Special Education. Prentice-Hall, INC.: Englewood,
New Jersey.
LAMPIRAN
HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
Sebelum
melakukan observasi, tim melakukan wawancara terlebih dahulu terhadap guru kelas dari anak-anak yang menderita Cerebral Palsy. Saat tim menanyakan, Tim
melakukan observasi di salah satu Sekolah Luar Biasa Swasta yang berada di
sekitar Kampus Sanata Dharma, yaitu tepatnya di SLB Yapennas, Pring Wulung. Di
SLB tersebut terdapat 5 anak penderita cerebral palsy, terdiri dari 3 anak
perempuan dan 2 anak laki-laki. Dari kelima anak tersebut, salah seorang saja
yang menderita Cerebral Palsy dalam
kategori berat.
Ibu guru penderita Cerebral Palsy ini sebenarnya tidak
setuju dengan penggolongan atau klasifikasi Cerebral
Palsy. Menurutnya, parah tidaknya Cerebral
Palsy tidak hanya ditentukan hanya dari gangguan fisik yang dideritanya. Ia
mengatakan bahwa tidaklah adil mengelompokkan penderita Cerebral Palsy hanya berdasarkan ciri fisiknya saja, karena banyak
penderita Cerebral Palsy yang
memiliki kecerdasan intelektual yang normal. Karena itu banyak anak dengan Cerebral Palsy dicap sebagai anak down
syndrom. Padahal Cerebral Palsy dan
down syndrom sangatlah berbeda. Anak dengan Cerebral
Palsy memiliki kesulitan belajar bukan karena intelegensinya rendah, tetapi
lebih kepada fisiknya yang lemah yang membuatnya kesulitan mengungkapkan
pemikirannya. Banyak dari mereka yang membutuhkan pendampingan khusus lebih
untuk fisik mereka seperti menulis, memegang sesuatu atau berbicara.
Saat berbincang dengan
guru penderita Cerebral Palsy ini,
kami mengetahui bahwa ibu ini terkena Cerebral
Palsy dari ia lahir. Ia mengalami kesulitan berjalan hingga usia 2 tahun.
Namun dengan penanganan yang tepat dan banyak terapi, ibu ini dapat berjalan
dan menggerakkan tangannya meskipun masih sedikit kaku. Ibu ini juga mengalami
sedikit kesulitan berbicara. Tetapi dari penjelasan ibu ini, kami melihat kecerdasan
intelektual si ibu tidaklah rendah. Ia banyak berbicara dan bercerita mengenai
pengalamannya dan cara-cara ia mengajar anak dengan Cerebral Palsy. Ia mengajar beberapa anak Cerebral Palsy dengan mengetik di laptopnya. Ada beberapa anak yang
ia berikan soal dengan cara mengetik, lalu mereka akan mengetik jawabannya. Hal
ini lebih mudah dibanding menulis, karena banyak anak penderita Cerebral Palsy yang kesulitan menulis.
Ibu ini juga mengatakan banyak anak yang berkomunikasi dengan dirinya menggunakan
ketikan di laptop. Mereka yang kesulitan mengungkapkan pemikirannya lewat
bicara dapat mengetikkan isi hatinya di laptop sebagai cara berkomunikasi
dengan ibu guru ini.
Saat melakukan
observasi kami melihat sendiri bagaimana anak-anak Cerebral Palsy ini belajar di kelas. Ada 1 orang anak laki-laki
dengan Cerebral Palsy yang masih
berusia 8 tahun. Dia kesulitan untuk menggunakan kakinya dan juga lidahnya dalam memperjelasnya
berkomunikasi. Tangannya juga hampir mengalami kekakuan, terutama saat tim
membantunya untuk menulis. Anak ini memiliki gangguan penyerta yaitu kurang
konsentrasi. Anak ini diajarkan untuk berkonsentrasi dengan permainan
memasukkan balok ke dalam lubang sesuai dengan bentuknya. Ketika bermain, anak
ini terlihat tidak bisa fokus dengan apa yang ia kerjakan. Ia gampang sekali
teralih perhatiannya kepada hal lain. Oleh karena itu, pendampingan khusus
perlu diberikan untuk menambah konsentrasi anak ini. Guru harus mendampinginya
ketika ia belajar memainkan permainan ini, karena jika sang guru tidak
mendampingi, ia akan langsung teralih kepada hal-hal lain.
Salah seorang dari 3
anak perempuan yang menderita cerebral palsy, kondisinya cukup membuat orang
yang melihatnya ngeri dan miris. Dia memiliki bibir yang lebih kecil dari gusi
giginya, sehingga gusi gigi atasnya menonjol keluar. Dan keadaan parah lainnya
adalah dia tidak memiliki gigi sama sekali serta keadaan lidahnya yang kaku
membuatnya sulit berkomunikasi. Lain lagi dengan yang dia yang memakai hijab,
hasil dugaan kami adalah saat dia bayi mengalami kecelakaan atau hal lain
karena tulang tengkorak yang dia miliki saat ini tidak sempurna, seperti
memiliki cekungan pada sisi kirinya. Dan anak perempuan yang terakhir memiliki
kondisi fisik yang baik, hanya saja ketika diajak berkomunikasi dia mengalami
kesulitan dalam menjawabnya.
Anak laki-laki yang
lain mengalami Cerebral Palsy berat.
Ia telah berusia 17 tahun, tetapi ia masih duduk di kelas 3 SD karena ia baru
bersekolah 3 tahun terakhir ini. Dia tidak mampu menggunakan kakinya untuk berjalan,
sehingga segala aktivitas yang dilakukannya dibantu kursi roda. Postur tubuhnya
agak membungkuk dan alat gerak yang dia miliki mengalami kekakuan parah. Untuk
menunjuk saja dia kesulitan dan air liurnya menetes terus. Tetapi anak
laki-laki ini memiliki kecerdasan intelektual yang normal, karena anak ini
senang bermain catur. Anak ini tidak bisa menggerakkan pion-pion catur ini
sendiri, ia membutuhkan orang lain untuk memindahkannya, sementara ia akan
memberitahu kemana ia akan memintahkan pion tersebut. Walaupun ia tidak dapat
menggerakkan pion yang ada dengan tangannya sendiri, namun permainan caturnya
dapat dikatakan sangat baik. Seperti yang kita ketahui, permainan catur
bukanlah permainan yang mudah di mana para pemain harus dapat memikirkan strategi
untuk dapat bermain. Anak ini bahkan bermain catur dengan salah satu anggota
kelompok kami dan ia kalah bermain dengan anak ini.
Setelah melakukan
observasi, kami dapat benat-benar melihat sendiri bagaimana sebenarnya Cerebral Palsy itu dan lebih mendalami
hal-hal yang telah kami baca dalam buku. Sebelumnya saat membaca buku, kami
berpikir bahwa anak-anak dengan Cerebral
Palsy benar-benar lumpuh total dan tidak dapat bergerak. Namun setelah
observasi, kami menemukan bahwa ada pula beberapa anak dengan Cerebral Palsy yang dapat bergerak
bahkan juga berlarian tetapi memiliki gangguan otot pada bagian tertentu saja
seperti tangan, atau otot muka sehingga mereka kesulitan berbicara. Selain itu,
kami juga menemukan bahwa ada anak dengan Cerebral
Palsy yang memiliki kecerdasan Intelektual yang normal. Kami melihat
sendiri bagaimana seorang anak Cerebral
Palsy yang duduk di kursi roda dapat bermain catur dengan strategi yang
bagus bahkan dapat memenangkan permainan.


![]() |
|||
![]() |
|||
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar