MAKALAH
“GIFTED”
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen
Pengampu : Brigitta
Erlita Tri Anggadewi M.Psi.
Disusun Oleh :
Utami Saraswati
(131134020)
Paulus Yuli
Suseno (131134064)
Ria Perwita Sari (131134207)
Mega Widyasanti (131134230)
4A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap anak yang terlahir ke dunia
tentunya memiliki kekurangan dan juga kelebihan. Kekurangan dan kelebihan ini
adalah kodrat yang harus diterima dengan penuh kegembiraan dan ikhlas secara
lahir dan batin oleh setiap orangtua, sebab kelebihan dan kekurangan ini
merupakan anugerah dari Tuhan yang tidak bisa digugat kebenarannya. Kelebihan
dan kekurangan ini membuat setiap anak menjadi seorang manusia yang berharga
dimata setiap orangtuanya. Dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki oleh setiap anak di dunia ini, terdapat berbagai macam pula kategori
anak yang ada. Salah satu kategori anak yang begitu berharga adalah anak yang
masuk dalam kategori gifted (anak berbakat).
Anak yang terlahir dengan memiliki
intelegensi yang tinggi, dapat dikatakan sebagai anak yang masuk dalam kategori
gifted. Dikarenakan kelebihan intelegensi inilah anak gifted menjadi begitu
istimewa dan membanggakan dalam hal pengetahuan. Dengan kemampuan intelegensi
yang tinggi, anak gifted tentunya dapat menjadi seorang manusia yang
berkualitas. Berkualitas dalam hal ini antara lain adalah selalu memperoleh
prestasi yang mengesankan baik dalam bidang pendidikan maupun dalam hal
pekerjaan, mampu mempelajari hal-hal baru yang mungkin belum tepat diajarkan
bagi anak-anak normal, akan tetapi anak gifted mampu mempelajarinya dengan
baik.
Namun demikian, dalam kehidupan
sehari-hari masih banyak dijumpai anak-anak normal yang sebetulnya masuk dalam
kategori gifted dan anak-anak yang memang sudah teridentifikasi dalam kategori
gifted tetapi tidak memiliki prestasi yang gemilang, tidak mampu bekerja dengan
baik, dan bahkan menjadi anak yang bisa dikatakan nakal dan terbelakang. Hal
ini dapat terjadi dikarenakan berbagai macam faktor, baik faktor internal
seperti keluarga dan eksternal.
Oleh karena itu, pendampingan bagi
anak-anak gifted perlu diberikan, meskipun anak gifted mampu berkarya dengan
luar biasa, akan tetapi ketika tidak diarahkan, hal-hal negatif yang ada pada
diri anak tersebutlah yang cenderung menonjol.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan gifted?
2. Apa
saja yang permasalahan yang dimiliki anak gifted?
3. Seperti
apa pendampingan yang dapat diberikan bagi anak gifted?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan gifted.
2. Mengetahui
permasalahan yang dimiliki oleh anak gifted.
3. Mengetahui
pendampingan yang dapat diberikan bagi anak gifted.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Gifted
1)
Pengertian
Terdapat
berbagai macam pengertian gifted yang dikemukakan oleh banyak tokoh, berikut
pengertian gifted dari beberapa tokoh yang terkemuka:
a.
Renzuli
"Anak
berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang
menyatu, ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan
rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang
tinggi. Gifted adalah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan
ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai.
Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu di masyarakat memperoleh
kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan
program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
b.
Tirtonegoro
Gifted adalah suatu
termologi bagi individu yang mempunyai IQ atau tingkat kecerdasan lebih dari
normal, IQ-nya antara 125-140. Di samping itu mempunyai bakat yang istimewa yang
menonjol dalam bidang seni musik,
drama, ketrampilan dan keahlian dalam memimpin”
(Tirtonegoro,33).
c.
P.
Marland (1972) (Komisi Pendidikan AS, Sidney)
Gifted adalah anak yang memiliki
kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program pendidikan yang sesuai atau
layanan melebihi sebagaimana diberikan secara normal oleh program sekolah regular,
sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi diri dan
masyarakatnya.
Potensi kecerdasan berhubungan dengan
kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan
intelektual. Proses mengidentifikasi anak cerdas istimewa dilakukan dengan
menggunakan pendekatan multi dimensional. Artinya, kriteria yang digunakan
lebih dari satu (bukan sekedar intelegensi). Batasan yang digunakan adalah anak
yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas ditetapkan skor IQ 130
ke atas dengan pengukuran menggunakan Skala
Wechsler.
2)
Tipe/Jenisnya
Untuk
lebih jauh mengenal bagaimana seorang anak gifted itu, tokoh bernama Betts & Neihart (1988) telah
mengelompokkan anak gifted menjadi 6 tipe yaitu :
1.
Tipe
1 (The Succesful)
Anak yang tergolong pada tipe ini
mampu mengikuti pendidikan konvensional dan dapat meraih prestasi yang sangat
baik, dan mampu mendengarkan dan mempelajari dengan cepat dan cermat yang
diajarkan di sekolah maupun di lingkungan rumah. Mereka sangat disenangi
oleh lingkungannya dan dapat diterima dengan baik oleh teman-teman sebayanya
sehingga tidak mengalami masalah dalam pergaulan dan perkembangan sosial dan
emosionalnya. Akan tetapi, sebenarnya
mereka kurang bisa belajar secara mandiri, mereka mendapatkan prestasi karena
dukungan dan bimbingan, bukan karena mengembangkan minatnya secara mandiri.
Ketika berada di sekolah yang lebih tinggi, mereka mengalami kesulitan untuk
mengembangkan dirinya. Anak-anak pada
tipe ini selalu percaya bahwa akan ada yang selalu menuntun dan mengarahkan
sehingga mereka memang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tetapi kurang
bisa menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan perubahan hidup.
2.
Tipe
2 (The Challenging)
Anak gifted pada tipe ini sering
mengalami konflik di sekolah maupun dirumah, bahkan tipe ini
tidak teridentifikasi oleh pihak sekolah karena anak tipe ini tidak menjukkan prestasi yang baik dan sering berdebat
dengan guru. Namun, mereka juga
memiliki keistimewaan tersendiri yaitu memiliki
kreativitas yang tinggi. Mereka lebih
banyak frustrasi karena sistem pendidikan justru tidak dapat memberikan
perhatian pada kemampuan dan talentanya dan harus berjuang untuk menggembangkan
talentanya dengan kekuatannya sendiri.
3.
Tipe
3 (The Underground)
Anak-anak
pada tipe ini cenderung menyembunyikan bahkan menolak talentanya sendiri karena
adanya tekanan dari teman-teman sebayanya. Sebenarnya mereka ingin dianggap sebagai
anak normal pada umumnya, karena merasa tidak nyaman, merasa tidak aman, dan
merasa cemas dikarenakan banyak tekanan yang muncul dari orang-orang di
sekelilingnya, sementara teman sebayanya yang bukan gifted menekannya agar
mereka mampu menyesuaikan diri, tetapi guru dan orang tuanya menekan agar
kembali meraih prestasi.
4.
Tipe
4 (The Dropouts)
Anak-anak
gifted kelompok ini, sekalipun sebetulnya mempunyai potensi yang tinggi, namun
ia tidak mendapatkan dukungan dari sekolah, dan tidak berprestasi.
Sistem pendidikan tidak memberinya
dukungan untuk mengembangkan talentanya, yang menyebabkannya kefrustrasian dan
pada akhirnya membawanya pada penarikan diri dan kondisi depresi. Namun
sebenarnya masalahnya sudah berawal sejak ia berada di sekolah dasar. Drop out
bukan saja dalam bentuk prestasi sekolah, secara fisik, namun juga mereka dapat
drop out secara mental, dan emosional. Mereka
biasanya adalah anak-anak yang sudah sangat terlambat teridentifikasi bahwa ia
tergolong anak yang gifted dan pada akhirnya memiliki dorongan internal yang
lemah. Mereka juga tidak cocok dengan sistem pendidikan konvensional. Ia membutuhkan kerjasama dengan yang baik
dengan orang-orang dewasa yang memang dipercayainya.
5.
Tipe
5 (The Double Labeled)
Kelompok anak gifted tipe ini
adalah mereka yang mempunyai gangguan secara fisik, secara emosional, ataupun
yang mengalami gangguan belajar (Learning Disabilities). Tulisan tangannya
jelek (karena motorik halusnya kurang baik), atau perilakunya yang kacau
sehingga tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Anak-anak ini juga
seringkali kesulitan menyelesaikan tugas-tugasnya karena ketidakbisaannya
sebagai akibat gangguannya yang memang kasat mata. Apabila berlanjut terus
menerus, hal itu hanya akan memunculkan kefrustrasian, merasa tidak dihargai,
tak dibantu, dan merasa terasing. Si anak juga tidak mengakui bahwa ia
sesungguhnya mempunyai kesulitan yang spesifik, atau khusus, yang datangnya
dari dirinya sendiri. Namun ia selalu menuding bahwa pelajarannyalah yang
membosankan, atau pelajarannya “goblok”. Mereka
juga pandai menutupi kekurangannya dengan cara-cara yang pintar, karena mereka
memang cerdas. Pihak sekolah juga tidak mengakui bahwa sesungguhnya ia anak
yang luar biasa cerdas, karena prestasinya memang tidak ada, bahkan sering
selalu dibantu, atau memerlukan bantuan remedial teaching.
6.
Tipe
6 (The Outonomous Learner)
Kelompok gifted tipe 6 ini adalah kelompok
anak gifted yang sangat mandiri dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang besar. Ia
dapat mengembangkan diri secara kreatif, dan mampu memanfaatkan segala sesuatu
yang ditawarkan dalam pendidikan. Apa yang didapatkan dari sekolah dapat ia
kembangkan sendiri sebagai sesuatu yang baru. Ia tak tergantung oleh orang
lain, dan sangat independen. Ia dapat menentukan sendiri apa yang ingin
dicapainya. Ia berani mengambil risiko, karena ia mengenal sekali kekuatan
dirinya. Ia juga mempunyai konsep diri
yang sangat positif, karena ia bisa mendapatkan apa yang menjadi
idam-idamannya. Ia juga mampu mengekspresikan perasaan, tujuan, dan
cita-citanya dengan baik, dan bebas. Ia
sangat disayangi oleh lingkungan dan mendapatkan dukungan yang positif.
Biasanya ia terpilih menjadi pemimpin dalam kelompoknya, baik di sekolah maupun
di masyarakat.
3)
Ciri-Ciri
Anak
yang masuk dalam kategori gifted, pada umumnya dapat dikenali sejak dini dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Karakteristik
Akademik
a. Memiliki
ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar, Menikmati sekolah dan rajin membaca
b. Memiliki
perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,
c. Memiliki
pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang
akademik khusus,
d. Mampu
mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas
bidang lain,
e. Kesediaan
mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang
lebih tinggi dalam suatu bidang akademik,
f. Memiliki
sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang
terbaik,
g. Mudah
menyerap pelajaran dan Belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
2.
Karakteristik
Sosial
a. Diterima
oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa,
b. Keterlibatan
mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan
konstruktif,
c. Kecenderungan
dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh
teman sebayanya,
d. Memiliki
kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur,
e. Perilakunya
tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,
f. Bebas
dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan
dengan situasi,
g. Mampu
mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa,
h. Mampu
merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan Memiliki kapasitas yang luar
biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan humor.
3.
Karakteristik
Fisik/Kesehatan
a. Memiliki
penampilan yang menarik dan rapi, dan Kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi longitudinal
Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986).
4.
Karakteristik
Intelektual-Kognitif (Renzulli, 1981(Sisk,
1987)).
a. Menunjukkan
atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim,
pikiran-pikiran kreatif.
b. Mampu
menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang
utuh.
c. Menunjukkan
kemampuan bernalar yang sangat tinggi dan Mampu menggeneralisir suatu masalah
yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
d. Memiliki
kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah dan Menunjukkan daya
imajinasi yang luar biasa.
e. Memiliki
perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan
baik.
f. Biasanya
fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata dan Sangat
cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
g. Memiliki
daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat dan Mampu menangkap
ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
h. Memiliki
kemampuan membaca yang sangat cepat dan Memikirkan sesuatu secara kompleks,
abstrak, dan dalam.
i.
Banyak gagasan dan mampu menginspirasi
orang lain.
j.
Mampu memikirkan tentang beragam gagasan
atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang
lainnya.
5.
Karakteristik
Persepsi/Emosi
a. Memiliki
kepekaan/ sensitive, sering menggunakan intuisu (perasaan akan situasi di masa
yang akan datang).
b. Menunjukkan
gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam
menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang
lain).
c. Sangat
perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang
tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
d. Memiliki
perasaan yang dalam atas sesuatu dan Peka dengan adanya perubahan kecil dalam
lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
e. Pada
umumnya introvert
f. Memandang
suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang
g. Sangat
terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
h. Alaminya
memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
6.
Karakteristik
Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup
a. Menuntut
kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
b. Memiliki
dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
c. Memiliki
rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
d. Sangat
mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh
hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
e. Selalu
berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup dan Melakukan
sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang
lain.
f. Senang
menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap
“nyerempet-nyerempet bahaya” .
g. Sangat
peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas dan Memiliki
minat yang beragam dan terentang luas.
7.
Karakteristik
Aktifitas
a. Punya
energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke
hal lain tanpa terlihat lelah.
b. Sulit
memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding
anak normal.
c. Sangat
waspada, dan Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu
persoalan dalam waktu yang sangat lama.
d. Tekun,
gigih, pantang menyerah.
e. Cepat
bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan
hal-hal baru untuk dilakukan dan spontanitas yang tinggi.
4)
Penyebab
Faktor
yang menyebabkan Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa (gifted) antara lain yaitu:
a. Hereditas
Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua,
meliputi kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan
psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan adanya faktor bawaan yang ada
setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap orangnya. Namun U.Branfenbrenner
dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian
mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental
seseorang.
b. Lingkungan
Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar
dalam mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Seorang anak yang mempunyai bakat tinggi terhadap suatu bidang, perlu
adanya dukungan dan perhatian dari
lingkungannya seperti, masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia
menjalani kehidupan berkeluarga, tempat dia menjalani kehidupan dan
mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam mencapai atau pun memaksimalkan bakatnya tersebut.
B.
Permasalahan
Anak Gifted
Keberbakatan merupakan anugerah yang
dapat menimbulkan permasalahan bagi penyandangnya apabila mereka tidak
memperoleh dukungan dan bantuan yang diperlukannya. Buescher dan Higham (1990)
mengemukakan bahwa anak-anak berbakat antara usia 11 dan 15 tahun sering
menghadapi berbagai masalah sebagai akibat dari keberbakatannya yang meliputi:
perfeksionisme, competitiveness, penilaian yang tidak realistis terhadap
keberbakatannya, penolakan dari teman sebaya, kebingungan akibat
"pesan-pesan" yang beraneka ragam sehubungan dengan bakatnya, dan
tekanan dari orang tua serta masyarakat agar berprestasi, di samping
permasalahan yang ditimbulkan oleh program sekolah yang tidak menantang atau
terlalu tingginya ekspektasi terhadap diri mereka. Berikut
ini adalah gambaran dari kesulitan utama remaja berbakat menurut Buescher dan
Higham (1990).
A.
Kepemilikan:
Remaja berbakat pada saat yang sama "memiliki" tetapi juga mempertanyakan
validitas dan realitas kemampuan yang mereka miliki. Sementara dalam banyak kasus
bakat mereka telah diketahui sejak usia dini, tetapi keraguan tentang ketepatan
identifikasinya dan obyektivitas dari orang tua atau guru terus melekat
(Delisle & Galbraith, 1987; Galbraith, 1983). Konflik yang timbul, baik
ringan maupun parah, perlu diatasi dengan memperoleh "kepemilikan" yang
lebih matang dan rasa tanggung jawab pada anak berbakat itu. Tekanan lain yang
sering dialami siswa berbakat adalah perasaan bahwa karena mereka telah dianugerahi
banyak sekali kelebihan, maka mereka dituntut untuk memberi banyak pula. Sering
tersirat seolah-olah kemampuan mereka itu milik orang tuanya, guru-gurunya dan
masyarakatnya.
B.
Dissonansi:
Dari pengakuan mereka sendiri, remaja berbakat sering merasa seperti orang perfeksionis
(ingin selalu sempurna). Mereka telah terbiasa menetapkan standar yang tinggi, berharap
dapat melakukan hal-hal yang di luar jangkauan kemampuannya. Karena sejak masa kanak-kanak
selalu berkeinginan melakukan tugas-tugas berat secara sempurna, maka hal itu menjadi
kebiasaan yang bertumpuk pada masa remaja. Tidak jarang bagi remaja berbakat mengalami
dissonansi antara apa yang sesungguhnya mereka lakukan dengan kualitas hasil
pekerjaan yang mereka harapkan. Sering kali dissonansi yang dipersepsi oleh
anak remaja itu jauh lebih besar daripada apa yang disadari
oleh orang tua atau gurunya.
C.
Ambil
Resiko: Remaja berbakat tampaknya lebih sadar akan dampak
kegiatan-kegiatan tertentu, baik yang positif maupun negatif. Mereka mampu mengukur
keuntungan dan kerugian secara pasti dari berbagai kesempatan yang ada dan
mampu menimbang berbagai alternatifnya. Oleh karenanya, bila mereka merasa
bahwa tidak memiliki ketangkasan dan kecerdasan yang memadai, maka mereka
menolak melakukan kegiatan-kegiatan yang mengandung beban resiko di mana tingkat keberhasilan yang tinggi
kurang dapat diprediksi dan pencapaian dengan standar yang lebih rendah kurang
dapat diterima di mata mereka. Kebutuhan mereka untuk menjaga kontrol pribadi agar
tetap berada di dalam lingkaran pengaruh sehingga hubungan yang penuh
tantangan, pelajaran dan guru yang penuh tuntutan, atau persaingan yang keras tidak
dapat masuk tanpa kontrol pribadinya.
D.
Melawan
Ekspektasi: Delisle (1985), mengemukakan bahwa
"perbendaharaan" ekspektasi remaja berbakat itu harus melawan arus
keinginan dan tuntutan orang lain. Semakin besar bakat anak itu, akan semakin
besar pula ekspektasi dan upaya campur tangan dari pihak luar. Remaja berbakat terus-menerus
melaporkan adanya desakan yang sangat kuat dari guru, teman, dan bahkan juga
orang tua yang kurang peka, hingga mereka tiba pada titik keraguan dan
keputusasaan. Berperilaku sebagaimana layaknya seorang remaja sementara juga
terus-menerus berusaha membuktikan keunggulannya di kelas atau di kalangan
teman-temannya secara signifikan akan menguras energinya untuk melaksanakan
tugas perkembangannya yang normal dalam melakukan penyesuaian diri, sehingga
sering kali dia menjadi frustrasi dan mengasingkan diri.
E.
Ketidaksabaran:
Siswa berbakat dapat kehilangan kesabarannya dalam mencari solusi untuk
masalah-masalah yang sulit, mengembangkan persahabatan yang memuaskan, dan
dalam memilih alternatif yang sulit tetapi paling cepat untuk mengambil
keputusan-keputusan yang kompleks. Kecenderungan untuk mengambil keputusan-keputusan
yang impulsif, ditambah dengan bakat yang luar biasa, dapat membuat remaja muda
itu tidak bertoleransi terhadap situasi-situasi yang ambigu dan tak
terpecahkan. Ketidaksabaran mereka karena tidak adanya jawaban yang memuaskan,
tidak adanya opsi atau keputusan yang jelas akan membuatnya bergantung pada
perasaan kebijaksanaannya yang belum matang. Rasa marah dan kecewa yang timbul
akibat gagalnya mencapai pemecahan yang cepat itu akan sangat sulit diatasi, terutama
bila teman-teman sebayanya mencemoohkan kegagalan tersebut.
F.
Identitas
Prematur: Tampaknya bahwa beban yang ditanggung remaja
berbakat dalam memenuhi tantangan ekspektasi, toleransinya yang rendah terhadap
ambiguitas, dan akibat tekanan dari berbagai pihak, semuanya merupakan
pendorong baginya untuk mencapai identitas seperti orang dewasa secara terlalu
dini, suatu tahap perkembangan yang normalnya dicapai setelah orang berusia 21
tahun. Mereka mungkin akan mencapai tahap pemilihan karir secara prematur yang
akan memotong kompas dalam menuju krisis dan pemecahan identitas dengan proses
yang normal.
G.
Pendampingan
Bagi Gifted
Terdapat berbagai macam hal yang harus
menjadi pertimbangan dalam mendampingi anak gifted, antara lain:
1)
Model
Inklusi
Dalam model layanan ini, anak-anak
berbakat ditempatkan sekelas (inklusif) dengan anak-anak lain, termasuk
anak-anak penyandang kebutuhan pendidikan khusus lainnya seperti anak
berkesulitan belajar (learning disabled) dan anak cacat. Guru yang telah memperoleh
pelatihan khusus dalam bidang keberbakatan memberikan perhatian khusus kepada
anak-anak berbakat ini agar kebutuhan pendidikan khususnya terpenuhi. Layanan
khusus itu terutama berupa pemberian materi pengayaan. Dalam model ini, anak
berbakat sering difungsikan sebagai tutor bagi anak-anak lain. (Winebrenner
& Devlin, 1996).
2)
Program
Pengayaan (enrichment)
Program ini cocok untuk peserta didik yang
bertipe“enriched leaner”. Bentuk layanan ini antara lain dilakukan dengan
memperkaya materi melalui kegiatan-kegiatan penelitian dsb, dan atau mendapat
pengayaan dengan pendalaman terutama bila ia akan mengikuti lomba kejuaraan
mata pelajaran tertentu (contoh: mengikuti olimpiade matematika, biologi,
fisika, astronomi dst). Fokus layanan untuk kelompok ini adalah pada
perluasan/pendalaman materi yang dipelajari dan bukan pada kecepatan waktu
belajar di kelas. Artinya, kelompok ini tetap menyelesaikan pendidikan di SD/MI
dalam jangka waktu 6 tahun atau di SMP/MTs dan SMA/MA dalam waktu 3 tahun.
3)
Gabungan
program percepatan dan pengayaan (acceleration-enrichment)
Dalam program ini peserta didik memperoleh
percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah sekaligus memperoleh eskalasi
atau pengayaan materi dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar
tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman. Pengayaan dapat dilakukan secara
horizontal (menunjuk pada pengalaman belajar di tingkat pendidikan yang sama,
tetapi lebih luas) maupun vertikal(meningkatkan kompleksitasnya). Bentuk
layanan ini antara lain melalui kegiatan-kegiatan penelitian ketika peserta
didik mengikuti lomba kejuaraan untuk mata pelajaran tertentu (contoh:
mengikuti olimpiade matematika, biologi, fisika, astronomi dst).
4)
Metode
Pembelajaran
Salah satu metode yang cocok untuk untuk
siswa-siswa ini adalah metode cooperative learning (pembelajaran kooperatif) di
kelompok kemampuan campuran. Strategi pembelajaran yang sesuai denagan
kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah pembelajaran
harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas, tidak hanya
mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan
kecerdasan emosional, dan berorientasi pada modifikasi proses, content dan
produk. Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model
layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang
khusus
5)
Model Cluster Grouping
Dalam
model ini, anak-anak berbakat dari semua tingkatan kelas yang sama di satu
sekolah dikelompokkan dalam satu kelas. Kelompok tersebut terdiri dari 5 sampai
8 siswa berbakat. Pada umumnya, satu cluster group itu belajar bersama-sama dengan
anak-anak lain dari berbagai tingkat kemampuan, tetapi dalam bidang
keluarbiasaannya (misalnya matematika), mereka belajar secara terpisah.
(Winebrenner & Devlin, 1996). Model cluster grouping ini mempunyai beberapa
keuntungan yaitu, Pertama, anak memperoleh perhatian khusus untuk pengembangan
bidang-bidang kemampuan luar biasanya, dan sekaligus juga tetap memperoleh
keuntungan dari belajar bersama dengan anak-anak dari berbagai tingkatan
kemampuan lainnya. (Hoover, Sayler, & Feldhusen, 1993; Kulik & Kulik,
1990; Rogers, 1993). Kedua, Pengaturan waktu untuk mempersiapkan bahan-bahan
khusus untuk anak berbakat akan lebih efisien bila anak-anak itu berada dalam
satu kelompok. Ketiga, anak dapat lebih memahami dan menerima kenyataan bahwa mereka
mempunyai "kelainan" dalam belajarnya jika di dalam kelasnya ada anak
lain yang seperti mereka. (Winebrenner & Devlin, 1996).
6)
Home-schooling
(Pendidikan non-formal di luar sekolah).
Dalam home-schooling orang tua atau tenaga
ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat
istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali
ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang
cocok dengan tingkat perkembangannya.
7)
Kelas
Tradisional
Anak
didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat
maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak
lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan
memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat
perkembangan dan ritme belajarnya. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik CI/BI dikelas khusus
adalah mata-mata pelajaran lain diluar rumpun matematika dan IPA.
8)
Tracking
System
Dalam tracking system, siswa-siswa
diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya, dan setiap klasifikasi ditempatkan
dalam satu kelas yang sama. Jadi, anak-anak berbakat akan berada dalam kelas khusus
siswa berbakat sepanjang masa sekolahnya. (Winebrenner & Devlin, 1996).
9)
Kelas
Khusus Untuk Anak Berbakat
Pendekatan individual lebih diutamakan
daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki
kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak
berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannya pun harus dibuat sesuai dengan
kebutuhan mereka. Kegiatan pembelajaranharus menggunakan bahasa pengantar
bahasa Inggris dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. .
KESIMPULAN
1. Yang
dimaksud dengan gifted adalah anak yang memiliki IQ diatas 130, lebih unggul
dibandingkan dengan anak cerdas.
2. Permasalahan
yang dimiliki anak gifted antara lain ketidaksabaran, identitas prematurr,
disonansi, dan melawan ekspektasi.
3. Pendampingan
yang dapat diberikan bagi anak gifted antara lain adalah kelas inklusi, home
scholling, cluster group, dan kelas tradisional.
LAMPIRAN
A.
Hasil
wawancara dengan guru pendamping siswa inklusi mengenai karakteristik dan
pendampingan Gifted
Siswa
yang tergolong anak Gifted di SD Tumbuh 3 hanya ada satu anak. Anak tersebut
bernama Wl, saat ini dia berumur 8 tahun, dan sekarang berada di kelas
upergrade atau 5 SD. Dia dikategorikan anak Gifted karena dia memiliki IQ
diatas rata-rata, yaitu 140 pada tes yang pertama, dan pada tes yang kedua dia
memiliki skor IQ 180. Hasil tes IQ tersebut menyatakan bahwa Wl termasuk anak
Gifted. Pada dasarnya, anak cerdas dan anak gifted berbeda, anak cerdas mampu
mempelajari dengan baik apa yang diajarkan gurunya, namun anak gifted dapat
mengembangkan pengetahuan yang telah didapat dari gurunya dengan baik dan
bahkan dapat melebihi dari apa yang telah diberikan oleh gurunya. Wl adalah
anak yang sangat aktif, dapat menjawab pertanyaan dengan cepat, mampu merangkum
materi dengan baik, dan dapat menyerap materi. Ketika di kelas, wl terlihat
seperti anak normal pada umumnya, karena dia mengikuti jalur akselerasi. Namun
jika dia ditempatkan pada kelas yang semestinya, yaitu kelas 3, maka
perbedaannya akan sangat tampak sekali, dia akan terlihat sangat menonjol
dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Bentuk pendampingan yang dilakukan
yaitu dengan pendampingan leveling, yaitu dengan pembedaan materi, materi yang
diberikan lebih banyak, dan disertai pendampingan psikologis pula. Orang tua
seharusnya memiliki wawasan tentang anak yang berkebutuhan khusus, karena
apabila orang tua tidak mengetahui bahwa anaknya merupakan anak berkebutuhan
khusus, maka akan berakibat fatal bagi perkembangan anak sendiri, baik fisik
maupun mentalnya. Anak berkebutuhan khusus bukan hanya anak yang memiliki
kekurangan saja, namun anak yang memiliki kelebihan, seperti halnya gifted,
yang termasuk dalam anak berkebutuhan khusus. Pada awalnya orang tua dari Wl
juga tidak mengetahui bahwa Wl adalah anak Gifted. Mereka menyekolahkan Wl di
sekolah biasa seperti pada umumnya. Namun setelah mendengar keluhan dari guru
bahwa Wl tidak pernah memperhatikan pelajaran dan selalu dipanggil pembohong,
mereka mulai menyadari bahwa Wl berbeda dari anak normal sebayanya dan harus
melakukan tes IQ. Setelah melakukan tes IQ dan Wl dinyatakan sebagai anak gifted,
mereka mulai mengetahui alasan mengapa Wl dianggap tidak pernah memperhatikan
pelajaran di kelas dan dianggap sebagai pembohong, yaitu karena Wl telah
selesai mempelajari apa yang diajarkan oleh gurunya, dia mampu membaca 4-5 buku
dalam satu hari dengan baik. Alasan mengapa dia disebut sebagai pembohong
adalah karena dia membicarakan tentang rotasi dan revolusi bumi dengan teman
sebayanya. Hal inilah yang menyebabkan anak gifted termasuk dalam anak
berkebutuhan khusus. Anak gifted memerlukan pendampingan yang khusus yang
berbeda dengan anak normal pada umumnya.
B.
Hasil
Observasi
Kami mengadakan observasi di kelas
upergrade dan mengamati karakteristik dari Wl. Pada awalnya, kami merasa bahwa Wl
memiliki karakter yang tidak begitu berbeda dengan anak normal pada umumnya.
Dia tidak terlalu menonjol di dalam kelas, dia tidak terlihat seperti anak
Gifted pada umumnya, karena dia tidak terlalu banyak bicara dan menunjukkan
banyak aktifitas fisik. Namun setelah kami mengamati lebih dalam lagi, Wl
memiliki beberapa karakteristik Gifted. Dia menunjukkan atu memiliki ide-ide
yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif. Pada
saat pelajaran melukis, dia memiliki pemikiran yang berbeda dibandingkan dengan
teman-teman lainnya. Teman yang lain melukis pemandangan dan tokoh kartun.
Namun Wl lebih memilih untuk melukis abstrak, dia hanya mencampurkan beberapa
warna di atas kanvasnya kemudian mencipratkan sedikit cat air diatas campuran
warna tersebut. Wl merasa bahwa dirinya berbeda, dalam artian dia merasa lebih
maju dibandingkan dengan teman lainnya. Kemudian Wl juga menunjukkan kemampuan bernalar yang
sangat tinggi, dia mampu menjawab pertanyaan guru dengan sangat tepat. Wl
memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah, hanya dalam
beberapa menit dia mampu menjawab soal yang telah diberikan oleh guru. Wl juga
memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu
mengartikulasikannya dengan baik, ini dikarenakan wawasannya lebih luas
dibandingkan dengan anak lain. Wl sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau
pelajaran yang diberikan. Wl memiliki ketulusan hati yang lebih dalam
disbanding anak lain. Dia selalu peka terhadap keadaan di sekitarnya. Ketika
dia memiliki sebuah jeruk, dia menawarkan jeruk itu kepada teman-temannya,
kemudian sebelum melukis dia juga mengambilkan air untuk mencuci kuas pada
temannya. Dia memiliki rasa ingin tahu dan rasa penasaran yang tinggi, hal ini
memuat dia sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru. Wl juga sangat
mandiri, dia sering merasa tidak perlu bantuan orang lain. Hal ini dapat
terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung, Wl hampir tidak pernah
bertanya pada gurunya, dia dapat mengerjakan soal-soal dengan lancar. Kemudian
dia tidak mudah terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan
sesuatu. Wl adalah anak yang mudah bosan dengan situasi rutin, seakan-akan
pikirannya tidak pernah diam, dia selalu memunculkan hal-hal baru untuk
dilakukan.
DAFTAR REFERENSI
Davis, Gary A, Sylvia B. Rimm and Del
Siege. (2011). Education of the gifted
and
talented (six edition). New Jersey: Pearson.
Delphie,
Bandi. (2006). Pendidikan anak
berkebutuhan khusus. Bandung: Refika
Aditama.
Gahari, Rizkia. (2012). Klasifikasi
anak berkebutuhan khusus. Diakses dari
http://rizkia-gahari.blogspot.com/2012/03/klasifikasi-anak-berkebutuhan-khusus.html. 19 Oktober 2013
Kamarullah, Yusea.
(____). Pembelajaran gifted and talented.
Diakses dari
Kustawan, Dedy. (2013). Bimbingan
dan konseling bagi anak berkebutuhan
khusus. Jakarta: PT.Luxima Metro Media.
Ria Kurniawan,
Yohanes. (2013). Pendidikan anak
berkebutuhan khusus; anak
dengan cerdas istimewa atau bakat istimewa
(gifted). Diakses
dari
5 Oktober 2013.
Somantri, T. Sutjihati. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika
Aditama.
Supriyoko. (2012). Mendidik anak genius. Diakses dari
Supriyoko. (2012). Mendidik anak genius. Diakses dari
Tarsidi,
Didik. (______). Anak-anak berbakat dalam
pendidikan. Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195701311986031-NIA_SUTISNA/AB/GIFTED.pdf. 26 Februari 2015
Tirtonegoro, Sutratianah. (2006). Anak supernormal dan program pendidikannya.
Jakarta: Bumi
Aksara.
Van Tiel, Julia. (2009). Enam tipe anak gifted. Diakses dari
26 Februari 2015
Wahab,
Rochmat. (_____). Mengenal anak berbakat
akademik dan upaya
mengidentifikasinya.
Diakses dari
26 Februari 2015
_____. (______). Anak berkebutuhan khusus. Diakses dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusu.
5 Oktober 2013.
_____. (______). Jenis dan karakteristik anak berkebutuhan
khusus. Diakses dari
_____. (______). 6 langkah tangani anak berkebutuhan khusus. Diakses
dari
http://www.parenting.co.id/article/balita/6.langkah.tangani.anak.berkebutuhan.khusus.i/001/003/560. 5 Oktober 2013.
_____. (_____). Deteksi dini terhadap anak-anak berbakat.
Diakses dari
_____. (_____). 6 tipe anak cerdas istimewa. Diakses
dari
http://akselerasismptarbak.blogspot.com/2010/03/6-tipe-anak-cerdas-istimewa_08.html. 19 Oktober 2013
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar